Momen #SuamiIstriMasak Semur Resep mertua, dan Kecap ABC



    "Jangan sisakan nasi dalam piring, Sayang!"

    Suara pria di depanku dengan lembut melanjutkan, "Hanya itu yang bisa kita lakukan untuk berterimakasih pada kerja keras para petani. Untuk menghormati mereka dengan cara yang sama sebagaimana mereka menghormati padi. Bahkan di setiap bulirnya."

    Aku terpana. Dengan cepat, aku menghabiskan sisa nasi goreng yang tadi kupesan. Ia tersenyum senang, mengacungkan jempol. "Gitu dong!"

Momen itu terasa sangat berkesan untukku. Ya, menjalani pernikahan tanpa melalui pacaran, jujur saja membuatku kadang terkaget-kaget dengan kebiasaan kami yang nyaris berbeda 180 derajat.

    Bagaimana tidak, aku bersaudara hanya 3 orang, sementara ia anak ke 4 dari 10 bersaudara. Kebiasaan aku di rumah, makan dengan lauk lebih banyak dan beragam, masih ditambah dengan kerupuk. Sementara suamiku sudah puas hanya dengan satu lauk protein dan sayuran!

    Untunglah, usia kami tak terpaut jauh, hanya 2,5 tahun sehingga komunikasi masih bisa diupayakan. Apalagi suamiku juga sering bercanda, sehingga kami bisa sukses melalui gonjang-ganjing masa-masa perkenalan dengan kadang mentertawakannya.

Mom, Kamu Bukan Wonder Woman... 


    Berbeda dengan pendapat di masyarakat, yang seolah mengharuskan  suami dan istri memiliki hak dan tanggung jawab masing-masing dalam hal rumah tangga, sejak awal kebetulan kami tidak memberlakukan hal seperti itu. 

    Sejak awal, aku memang tidak mau berdiam diri di rumah saja. Kami sepakat, aku akan tetap berkarier. Walau ketika satu per satu anak-anak hadir, aku melepaskan pekerjaan dan mengurus anak-anak di rumah, namun aku tetap berusaha melakukan kegiatan yang kusukai.

    Di awal berumah-tangga, aku masih menganggap aku ini keturunan Wonder Woman, sehingga semua kukerjakan sendiri. Jadi ya gitu, waktu masih kerja, pulang kerja yang kulakukan "menyisir" ruang demi ruang, agar tidak ada pekerjaan yang terlewatkan. Yaah, ketika anak masih satu, sih okey.

    Nah, begitu anak-anak beruntun hadir -kebetulan jarak lahir keempat anakku ini berdekatan yaa.. selang 2 tahun, kecuali dari yang pertama ke yang kedua, 6 tahun, maka mulai deh terasa, badanku remuk redam. Kapal oleng, Kapten!

    Bersyukur, bang Dho suamiku juga mulai melihat bahwa istrinya luntur ajimat Wonder Woman-nya. Ia yang tadinya tidak pegang sapu sama sekali -karena kularang, mulai menawarkan diri untuk meringankan pekerjaan rumah tangga. 

    Memang saat itu, ada ART yang pulang pergi setiap dua hari sekali, untuk membantu, tapi kan yang namanya punya anak yaaa buuuun... meleng dikit, semua mainan akan mulai berserak. Belum lagi pada saat mereka mulai bisa ngemil biskuit sendiri, mengambil susu sendiri. Bisa dipastikan, setiap saat kami harus siap dengan lap dan sapu. 

     Waktu berlalu, akhirnya ada saat-saat dimana aku mulai bad mood. Mulai deh cari-cari alasan untuk bersuara agak banyak (baca : ngomel) karena lelah. Bang Dho sendiri, untuk menghindar dari riuh rendahnya suasana rumah, juga mulai cari kesibukan sendiri di luar, dengan ngariung bersama bapak-bapak main catur di pos ronda. 

    Sekali dua kali "menghilang" masih gapapa, lah kok lama-lama menghilangnya makin lama yaa!

    Apa akal? Aku mulai googling, apa saja yang bisa membuat percikan-percikan cinta dan kasih sayang di rumah tangga kembali. Daaan, ada satu kalimat yang bikin aku kembali tertegun. 

Satu kalimat yang kubaca dari seorang psikolog terkenal, Irma Gustiana A, S.Psi., M.Psi., Psikolog., CPC

Ibu Irma menyampaikan, “Bukan hanya kedekatan dan keintiman 
secara fisik, namun kedekatan secara emosional antara suami dan istri harus dijaga, dirawat dan dipelihara. 

Quality time bersama pasangan juga perlu dilakukan, 
misalnya merayakan hari spesial dengan memasak bersama di dapur rumah. Suami yang dengan senang hati membantu pekerjaan istri di rumah dapat meningkatkan kehidupan yang harmonis”.


    Wah! Masak bareng, sodara-sodara! 


    Lebih lanjut Irma mengatakan tidak hanya menyehatkan bagi suami dan istri, harmonisasi dalam keluarga juga berdampak bagi anak-anak yang menjadi bagian pernikahan. 

    Dan yang terpenting, memasak itu memang butuh kolaborasi dan sinergi antar suami istri, termasuk dalam hal berbagi peran dalam pekerjaan rumah tangga. Ini serius! 

    Iya juga yaa... kalau tidak percaya, nonton serial Master Chef deh yang ada om Gordon Ramsey. Beliau itu, sangat marah jika di dapurnya tidak ada saling kerjasama dan komunikasi dua arah. 

    Seolah menjawab keraguanku, aku menemukan juga video di mana Christian Sugiono dan Titi Kamal, pasangan selebriti sekaligus media darling, mewujudkan kerjasama indah dengan masak bersama! Yaa kalau mereka aja tidak takut turun ke dapur, masak aku tidak? 

    Hmm.. oke oke. Aku langsung semangat 45 untuk wujudkan #SuamiIstriMasak ini. Tapi aku harus masak apa yaa? AHA! Aku segera menelpon ibu mertua yang kupanggil Ummi. Aku ingat, bang Dho itu selalu semangat kalau ke rumah ortunya di Slipi, apalagi kalau Ummi masak semur! Semur ala Ummi ini, beda dengan semur yang biasa kita makan. Semur ala Betawi tapi yang beliau buat  dengan resep sendiri. 

 Oya, secara spesifik, Ummi mengatakan, "Gunakan kecap dan gula merah jika ada, tapi kalau tidak ada gunakan hanya Kecap ABC ya, Tanti!" 

    Nah, aku kan jadi bertanya-tanya, "Mi, memang kenapa kalau pakai kecap lain? Kan sama saja?"

    You gaes are right! 

Ummi langsung "menyemprot" menantu yang sotoy ini. Lah aku kan khusus minta resep beliau, mosok dikasih tahu malah nawar pake bahan lain? Ya sana, cari aja resep sendiri... hihihi... 


Momen Persiapan Hingga Masak Bersama Itu Memang Seru!

   
    Aku segera mencatat beberapa bahan, lalu meminta bang Dho mengantarkan ke pasar esok harinya untuk belanja. Untuk resep Semur ala Ummi ini, sudah ku-share di atas yaa resepnya. Monggo kalau mau diunduh.

    Nah, aku menggunakan jurus kedua. Aku melibatkan seluruh anggota keluarga, termasuk anak-anak. Mulai dari belanja ke pasar moderen, hingga  persiapan untuk memasak bersama di dapur.

    Gak kusangka, ternyata seru juga yaa! Anak-anak kuberi daftar belanja  dan mereka kuminta memilih bahan yang tertera di resep. Sementara bang Dho dan Dio kuminta untuk membawa tas belanja. Kami jadi tertawa-tawa karena anak-anak sibuk bertanya dan mengenali jahe, daging, tomat, kecap ABC, lada, garam, dan lain-lain.

Masak Bersama, Membuat Mesra Hubungan Antar Keluarga 


    Setelah sampai di rumah, anak-anak kuminta membantu untuk mencuci bahan-bahan. Tapi urusan memasak, kupinta bang Dho saja yang membantuku kali ini.

    Tak kusangka, ternyata bang Dho juga menikmati kegiatan masak memasak bareng ini  loh.. walau kerjasamanya lebih banyak hanya berupa memasukkan bahan dan icip-icip! 

    Pada saat memasak, kami juga saling komen dan cerita banyak hal yang remeh temeh. Sesekali, si bungsu nongol kepalanya di pintu, bertanya, "Mah, udah mateng belum?"

    Kucatat ada banyak sekali yang terjadi dari proses memasak  bersama ini. Hal-hal yang tadinya berat, terasa ringan ketika dikerjakan bersama-sama. hal-hal yang kuduga tak akan terjadi tanpa aku riweuh menjadi Wonder Woman di rumah. 

    Komunikasi memang penting, apalagi dalam proses kegiatan memasak bersama. Selain kerja sama dan kolaborasi dalam menyajikan hidangan yang lezat dan bergizi untuk keluarga, biarkan anak-anak melihat harmonisasi yang terjalin dalam kegiatan memasak bersama, karena akan menjadi contoh nyata yang bisa ditiru anak-anak dan semua anggota keluarga lain. 

    Dari kegiatan #SuamiIstriMasak, terbukti kok aku dan suami jadi kok... ngerasa gimanaaaa gitu *suiit suiiit 

    Usai semur matang, kami segera menyerbu meja makan. Karena semua terlibat maka semua ingin tahu hasil akhirnya, bukan?


Ternyata benar ya, kegiatan memasak bisa membuat hubungan antara keluarga menjadi lebih dekat dan semakin hangat. Kalau begini caranya, sepertinya memasak bersama bisa menjadi agenda rutin bersama keluarga di akhir pekan!
Nah .. mommies, 
kegiatan masak memasak yang kita lihat "sepele" ini ternyata berbuah kerukunan keluarga loh. Mulai aja dulu, jangan terdistraksi sama "rasa" dulu mom. Tapi lihat betapa kegiatan ini bisa jadi sarana refreshing sekaligus ajang kolaborasi indah dan komunikasi yang asik.

Kampanye #SuamiIstriMasak, Sejak 2018

Kampanye #SuamiIstriMasak sejalan dengan komitmen PT Heinz ABC Indonesia selaku produsen Kecap ABC untuk terus membawa dampak positif bagi konsumen.

Sebagai bagian dari The Kraft Heinz Company dimana pada bulan Oktober 2022 lalu telah me-release laporan ESG (Environment, Social and Governance) 2022 berjudul Together at the Table.

Kampanye #SuamiIstriMasak ini merupakan bagian dari Together at the Table (Bersama di Meja), yang menekankan arti pentingnya Suami dan Istri menyajikan hidangan lezat dan bergizi bagi keluarga, dan menikmatinya bersama anggota keluarga bersama-sama.

  • 2018: Kampanye diinisiasi
  • 2019: Insisiasi kampanye selama Hari Kesetaraan Perempuan
  • 2020: Kolaborasi dengan platform edukasi untuk melibatkan anak-anak dalam kampanye Hari Kesetaraan Perempuan
  • 2021: Kolaborasi dengan Titi Kamal dan Christian Sugiono untuk menekankan pentingnya kolaborasi suami & istri di dapur. 

    Nah, ini dia nih video yang menginspirasiku untuk segera mulai ikutan kampanye #SuamiIstriMasak 

Sebagai teman terbaik Ibu Indonesia, Kecap ABC mendukung kegiatan kolaborasi suami dan istri di dapur, agar keluarga dapat saling menyatu dan mendukung satu sama lain. 

Melalui kampanye #SuamiIstriMasak, Kecap ABC membuat kolaborasi antara suami dan istri menjadi sangat mungkin karena, makanan yang dihasilkan dengan Kecap ABC juga akan lebih kaya rasa, sehingga disukai keluarga.

Yuuuk .. mommies, kita turun ke dapur untuk masak bareng yuuuk!




1 komentar

  1. Langsung merasakan hangatnya momen di sponsor kecap ABC, memang memasak bersama suami itu momen berkesan banget apalagi suami memahami istri. Masak resep dari mertua, terdengar klasik memang tapi menghangatkan juga, bisa mempererat hubungan keluarga dan jadi hal istimewa. Terima kasih informasinya!

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)