Bersama Bergerak Berdaya Dengan Minimalisir Jejak Karbon


"Berbelanja di toko isi ulang aja yuk, Ma, mulai sekarang. Itu salah satu cara terbaik untuk meminimalkan limbah dan mengurangi jejak karbon." 

Aku melongo. "Toko isi ulang? Jejak karbon?" tanyaku, tak mengerti. Bang Dho mengangkat sebelah alisnya. 

"Serius, kamu tidak tahu apa itu jejak karbon?" Aku menggeleng. “Aku taunya Jejak Petualang he he..” sahutku, menyebut sebuah acara petualangan di televisi.


    Suamiku tersenyum. Menyeruput kopi, dan ia pun mulai menerangkan konsep berbelanja yang akan mulai kami terapkan, arti kata jejak karbon, dampaknya pada lingkungan, deforestasi dan pelestarian hutan Indonesia, hingga pertanggung jawaban kami sebagai manusia terhadap bumi!

Dampak Emisi Karbon Pada Perubahan Iklim Terhadap Lingkungan

    Diskusi kami pagi itu, membekas sangat dalam di hati. Aku baru tersadar bahwa aku dan keluargaku, hanyalah segelintir manusia yang terserak di bumi Tuhan dan meninggalkan banyak sekali jejak karbon.

    Ya, jejak karbon atau carbon footprint, adalah jumlah karbon atau gas emisi yang dihasilkan dari aktivitas manusia pada kurun waktu tertentu.

    Analoginya sungguh sederhana.

    Bumi, ibarat tubuh yang tercipta sempurna saat dilahirkan. Makanan yang organik dan cukup, akan menyebabkan sirkulasi aliran darah mengalir lancar ke seluruh tubuh, membuat otak bisa berpikir jernih, dan seluruh sistem berjalan sempurna. Namun sebaliknya, jika kita menimbun banyak makanan tinggi kalori, terbuat dari olahan berlebihan, bisa dipastikan aliran darah terhambat, dan mengakibatkan komplikasi berbagai penyakit.

    Begitulah bumi, perlakuan kita yang semena-mena dengan mengeksplor sumber daya alam, menggunakan bahan bakar fosil berlebihan, akan menghasilkan jejak karbon yang tinggi. Jika jejak karbon terlalu tinggi, maka emisi yang dilepaskan ke udara menambah beban sehingga bumi semakin panas dan menimbulkan efek gas rumah kaca. Bahayanya adalah karena kondisi gas rumah kaca yang sifatnya tidak bisa hilang, membuat kondisi permukaan bumi menjadi tidak stabil dan bisa menimbulkan dampak negatif yang lain.

    Terjadinya ketidak seimbangan alam inilah yang mengakibatkan aneka komplikasi bencana di permukaan bumi, dan saat ini bahkan pelahan terjadi climate change, atau perubahan iklim yang ekstrem.


Tapi, tunggu dulu. Memangnya dari mana sih, jejak karbonku sebagai Ibu Rumah Tangga?

Mari kita perhatikan gambar berikut.

Sumber Kehutanan dan Konservasi Sumber Daya Air


    Dari gambar tersebut terlihat bahwa jejak karbon terjadi paling besar justru pada produk yang sudah sampai di tangan konsumen, yaitu 68%. Ini berarti, penyumbang terbanyak jejak karbon tak hanya kegiatan di bidang industri saja, namun juga akibat gaya hidup dan aktivitas manusia.

    Bagaimana dengan di Indonesia? Amankah? 

Benarkah kekayaan luar biasa Indonesia -bahkan Indonesia dinobatkan sebagai salah satu paru-paru dunia- masih terjaga dengan baik?

Keindahan, Manfaat Hutan Indonesia, si Paru-paru Dunia!

    Konon, sebagian besar kekayaan Indonesia ini, dipertahankan kelestariannya oleh para pemangku adat dibantu oleh masyarakat adat. 

Masyarakat adat ini adalah kelompok penting, karena mereka berperan dalam upaya penurunan emisi gas ke atmosfir, sumber perubahan iklim, melalui pemeliharaan hutan.

    Dilansir dari laman Ditjen PPI Kementerian Kehutanan dan Lingkungan Hidup, sebenarnya masyarakat adat adalah garda terdepan yang berjuang untuk mengurangi emisi. Mereka disebut Masyarakat Adat dan Komunitas Lokal atau Indigenous Peoples & Local Communities (IPLCs). Mereka berperan penting dalam pelestarian hutan dan menjaga keanekaragaman hayati Indonesia.


    Saat ini jumlah masyarakat adat diperkirakan sekitar 70 juta jiwa, dan terbagi dalam lebih dari 1.100 suku. Mereka yang berada di bawah naungan AMAN (Aliansi Masyarakat Adat Nusantara) adalah sekitar 15 juta jiwa. Meski memiliki berbagai perbedaan keyakinan dan cara hidup, sebagian masyarakat adat ini tinggal dan menjadi bagian dari hutan. Kearifan mereka dalam memperlakukan hutan sudah ada sejak dahulu.

    Namun, apakah mereka yang bertanggung jawab penuh terhadap mencegah perubahan iklim menjadi semakin buruk? Tentu saja tidak, melainkan kita semua sebagai penduduk bumi. Untuk itu, kita perlu menengok sebentar kondisi lingkungan di Indonesia. 

Apakah implikasi dan dampak climate change telah terjadi di Indonesia? Mengapa?

Sumber : https://ditjenppi.menlhk.go.id/

Fakta dan Kondisi Terkini Lingkungan di Indonesia

    Dilansir dari Confronting Carbon Inequality oleh Oxfam International, dalam kurun 1990-2015, emisi karbon dari kegiatan konsumsi Indonesia meningkat 140 persen. Hal ini terjadi karena konsumsi energi Indonesia meningkat sebanyak 62,55 persen, dari 1990 hingga 2014, dengan peningkatan penggunaan listrik hingga 10 kali lipat dalam waktu 20 tahun terakhir.

    Emisi karbon ini menyebabkan peningkatan suhu bumi yang mengakibatkan kian banyaknya bencana alam, dan berdampak pada kelompok miskin dan termarjinalkan.

    Selama pandemi, emisi karbon global sempat mengalami penurunan karena regulasi lockdown yang dilakukan di hampir seluruh dunia. Namun, usai pandemi berangsur kembali lagi.
    Definisi bencana sendiri, diatur oleh Pemerintah dalam UU No. 24 Tahun 2007, yaitu; “Rangkaian peristiwa yang mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakat, yang disebabkan, baik oleh faktor alam dan atau faktor non alam maupun faktor manusia sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manusia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psikologis.”
    Bencana alam yang terjadi di Indonesia selama beberapa tahun terakhir, sebarannya merata dialami di beberapa provinsi, baik yang disebabkan oleh faktor alam dan faktor non-alam.

    Katadata mencatat, bencana di Indonesia yang paling banyak terjadi pada 2022 adalah banjir, yakni 1.524 kejadian. Jumlah ini setara 43,1% dari total kejadian bencana nasional. Ada pula 1.062 peristiwa cuaca ekstrem, 634 tanah longsor, 252 kebakaran hutan dan lahan (karhutla), 28 gempa bumi, 26 gelombang pasang/abrasi, serta 4 peristiwa kekeringan.

Sumber : databooks.katadata.id


    Dengan banyaknya bencana alam yang terjadi belakangan, patut kita pertanyakan : ada kesalahan di mana, sehingga mendadak Indonesia dilanda bencana? Ibarat sebuah tubuh, pasti ada imunitas yang turun sehingga terjadi masuknya virus di bawah kulit yang diam-diam mengancam!

Mari kita lihat, apa saja kira-kira yang sedang terjadi di Indonesia tercinta ini.

1. Hilangnya Hutan Indonesia, si Cantik Yang Merana

Kerusakan Hutan
sumber : republika.co.id

Pembakaran hutan di dekat perkebunan kelapa sawit di Kabupaten Kapuas, dekat Palangka Raya, Kalimantan Tengah (Reuters).
    

    Dari laman Greenpeace Indonesia, Indonesia yang notabene memiliki hutan hujan tropis terbesar ketiga di seluruh dunia, ternyata setiap tahunnya kehilangan lahan hutannya! Dalam lima tahun terakhir, luas hutan di Indonesia hilang sebesar 2,13 juta hektare (ha) atau setara dengan 3,5 kali luas pulau Bali! Sebuah fakta nyata yang membuat miris. Kemanakah perginya hutan seluas itu?

    Illegal logging, yaitu penebangan hutan secara ilegal, dituding sebagai salah satu penyebab faktor terjadinya deforestasi (menghilangnya hutan) di Indonesia. Selain itu, kebakaran hutan, hingga pengalihan fungsi hutan menjadi lahan pemukiman ataupun perindustrian. Fakta membuktikan, industri pulp, kertas dan kelapa sawit menjadi penyumbang terbesar yaitu sekitar 50% dari estimasi deforestasi sebesar 28 juta hektar hingga tahun 2030.

    Miris, karena seperti dikutip dari pernyataan Nikolas Jemris dari Gerakan Masyarakat Papua Lestari (Gemapala) yang menyebutkan, deforestasi di Papua berdampak buruk bagi masyarakat adat. Hutan sagu yang menjadi salah satu sasaran, menjadikan masyarakat adat kehilangan sumber pangan di hutan. Padahal, sagu yang terdapat di hutan Papua, adalah lumbung pangan mereka!

2. Penumpukan Sampah Pada DAS

Tumpukan sampah di DAS Dunguling
sumber : liramedia


    Tak diragukan lagi, sampah yang menumpuk di daerah aliran sungai atau DAS adalah penyumbang terjadinya banjir bandang. Kebiasaan buruk dalam membuang sampah sembarangan, sudah pasti akan memberi dampak buruk bagi lingkungan. Akibatnya, lingkungan menjadi tercemar dan kotor, apalagi jika ada sampah plastik yang sulit terurai.

    Selain itu, ada fenomena bangunan penduduk di daerah yang dibangun justru di lokasi resapan air, justru mempercepat laju aliran air hujan tersebut, dalam volume yang besar!

3. Gempa Bumi dan Fenomena Likuefaksi

Sumber : https://www.bbc.com/

    Kelurahan Petobo di Palu merupakan salah satu daerah yang mengalami likuefaksi, karena terdampak pergeseran lempeng bumi. Hal ini ditengarai juga terdampak dari rusaknya ekosistem, karena seperti kita tahu, hutan di Sulawesi juga mengalami penambangan dan pembalakan liar,  serta perubahan tata ruang di kawasan hutan (sumber : Balai Taman Nasional Lore Lindu, 2022).
Pencairan tanah, likuefaksi tanah, atau nalodo adalah fenomena yang terjadi ketika tanah yang jenuh atau agak jenuh kehilangan kekuatan dan kekakuan akibat adanya tegangan, misalnya getaran gempa bumi atau perubahan ketegangan lain secara mendadak, sehingga tanah yang padat bertingkah sebagai cairan.

    Memang, tercatat angka deforestasi di wilayah Provinsi Sulteng tercatat 
tinggal seluas 44.523,9 hektar.  Padahal, hutan di kawasan Taman Nasional Lore Lindu pernah ditetapkan sebagai cagar biosfer sejak tahun 1977 oleh Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk pendidikan, keilmuan dan kebudayaan atau United Nations Educational, Scientific and Cultural Organisation (UNESCO) dan menjadi paru-paru dunia. 

Tindakan Nyata Bersama #UntukmuBumiku 

    Memangnya kita bisa?

    Pertanyaan maha tak penting ini sering menggangguku akhir-akhir ini. Apalah dayaku, seorang ibu rumah tangga biasa? Tapi satu ketika, aku terjaga, ketika melihat segerombolan semut bergotong-royong membawa sebutir nasi. Semut-semut kecil itu sangat bersemangat, dan membuatku terperangah, karena di ujung sarang, ternyata sudah ada beberapa rombongan lainnya yang juga tak mau kalah membawa aneka potongan mungil makanan!

    Kurasa, menjaga kelestarian alam sepertinya sebuah pekerjaan bersama seluruh penduduk bumi, dan aku bisa berkontribusi walau sedikit. Akhirnya kumulai dengan hal-hal sederhana seperti : 
  • rajin mematikan lampu agar hemat energi, 
  • sering menghemat air, 
  • berusaha mulai menanam tumbuhan, 
  • memilah sampah 

Adakah Solusi Untuk Menjaga Hutan Indonesia?

    Aku bersyukur saat ini semakin banyak orang yang suka hiking, suka campervan, dan semakin semangat untuk  back to nature. Nah, yang terbaik yang dapat kita lakukan bersama adalah menjaga kebersihan hutan!

    Selain itu, mungkin dapat dibantu di pos-pos tertentu untuk mengingatkan agar tak ada yang membuang puntung rokok sembarangan, merapikan api jika masak-memasak, dan lain sebagainya.

    Saat ini, sebagai bagian dari upaya menjaga kelestarian hutan, kita dapat ikutan di beberapa komunitas  yang memiliki komitmen untuk menanam sejuta pohon. Dan, sebagai penulis, tentu saja aku menghimbau agar tidak membuka lahan dengan membakar hutan, tidak melakukan penebangan pohon secara liar, dan melaporkan pada pihak berwajib jika mengetahui adanya praktik illegal logging.

Yuk, #BersamaBergerakBerdaya Menjaga Hutan

    Upaya mengurangi jejak karbon, juga upaya terbaik kita semua sebagai ummat manusia agar jejak karbon  kita menjadi kurang dari dua ton per tahun pada tahun 2050. 

    Para ahli mengatakan bahwa ini adalah cara terbaik untuk memastikan bahwa suhu berhenti naik dan tidak mencapai ambang batas 2 derajat Celcius yang ditakuti, yang akan memperburuk perubahan iklim dan mengubahnya menjadi masalah yang tidak bisa diperbaiki.

    Nah, semoga teman-teman bisa juga menyumbang saran di media sosial yang kita miliki yaaa, yuk #BersamaBergerakBerdaya menjaga hutan Indonesia, agar kita bisa memberikan yang terbaik untuk bumi ini. Ada yang mau ikutan aku belanja di toko isi ulang? Yuk mareee!

5 komentar

  1. Menjaga hutan memang sudah menjadi salah satu hal yang wajib dilakukan ya, Kak

    BalasHapus
  2. Waduh ngeri banget nih, Kak saya kalau melihat banyak tumpukan sampah gitu

    BalasHapus
  3. Benar si, Kak. Kalau misalnya kita tidak menjaga hutan dengan baik akan ada beberapa bencana

    BalasHapus
  4. Banyak cara si ya, Kak yang bisa dilakukan untuk melestarikan hutan ini

    BalasHapus
  5. Memang sudah seperti kewajiban untuk kita semua ya dalam menjaga hutan agar tetap lestari

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)