SAYA ORANG INDONESIA, CINTA PANCASILA



Aku tercenung sejenak.


Beberapa hari ini, rasanya kok malas membuka semua lini media sosial, karena ada sebentuk kata "Saya Indonesia, Saya Pancasila" diikuti dengan beramai-ramainya khalayak mengganti foto profil mereka. 

Oh, Indonesiaku.. betapa latahnya kalian, gumamku.

Sumber : Essowenni
Aku adalah salah satu manusia Indonesia yang termasuk nasionalis. Aku Lahir dan besar di Kalimantan, dan sejak SD kelas 3, aku selalu terlibat di berbagai upacara bendera. Entah sebagai pengibar bendera, berdiri sebagai anggota Pramuka, atau sekedar meramaikan pawai Agustusan yang setiap tahun diadakan. 

Sebagai peserta aktif upacara, tentu saja aku hapal luar kepala kelima sila Pancasila, Undang-undang Dasar 1945, hapal lagu Indonesia Raya dan semua lagu mars (untung bukan Mars Perindo ya.. LOL) 


Ketika kuliah, aku ikut penataran P4, dan saat semua teman asyik ngobrol atau bahkan tidur, aku bisa berdebat dengan para penatar! Hayooo, kalian masuk grup mana? 

Aku berdebat? 
Berdebat tentang apa? Yaa, mostly sih, biasanya mengenai sejarah. Aku bosan dengan perbincangan yang bertele-tele tentang pasal, karena menurutku, itu bukan bagian kami, para calon mahasiswa. 

Aku suka dengan sejarah perumusan, aku suka dengan cara para motivator itu berpikir. Dan.. aku juga suka dengan para pemuda calon mahasiswa yang sama-sama bersemangat merumuskan hasil penataran kami hari itu! (x_x) *gagal fokus*

KENAPA SEKARANG MERIBUTKAN KALIMAT "SAYA INDONESIA, SAYA PANCASILA"?


Hadoooh, ini membuka luka yang belum benar-benar sembuh saat ini. 

Ini semua gara-gara Jokowi.

Presidenku yang kurus dan terkenal sederhana cara berpikirnya ini, mungkin sama gemasnya dengan aku, melihat semua rakyatnya sontak ribut, geger di media sosial. Saling tuding, saling hina, saling cerca. 

Mungkin, ini baru mungkin loh.. dalam hati kecilnya ia berkata, sedih, "Hai, rakyatku. Tidakkah kalian sadari, kalian itu semua satu bangsa? Satu negara? Mengapa kalian sekarang terpecah belah?" 

Dan.... aku diam. Aku tahu, kalian semua kelompok A, B dan C adalah kelompok yang awalnya bersahabat. Aku juga tahu, masing-masing punya argumen kuat untuk bersuara. Kalian berdiri dengan pola pikir masing-masing yang sama-sama merasa benar. 

Satu yang kalian, eh.. kita lupa, itu semua sudah berlalu. Namun napas permusuhan itu tetap masih menggantung di udara. Pekat, hitam dan menebal seperti polusi udara.

Aku seolah bisa melihat Pak Presiden menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia berdiri merenung, melihat keluar melalui jendela Istana Merdeka. Sungguh, tak mudah menyatukan ratusan juta kepala manusia Indonesia. Tapi, apa itu semua harus didiamkan?

Apakah tidak seperti api membara di dalam sekam nantinya? 
Momen itu pun tiba.

1 Juni 2017 lalu, Jokowi, sang Presiden RI berkata dalam kalimat yang mudah dicerna dan diingat, 
“Pancasila itu jiwa dan raga kita. Ada di aliran darah dan detak jantung kita, perekat keutuhan bangsa dan negara. Saya Jokowi, saya Indonesia, saya Pancasila.”
Sontak, kurang dari sehari publik netizen ramai-ramai ikut mendeklarasikan “Saya Indonesia Saya Pancasila” (SISP). 

As always, apa saja yang keluar dari  mulut Jokowi selalu menimbulkan pro dan kontra di kalangan publik, selalu memicu diskusi dan wacana, bahkan “perang opini”.

Sumber : Tribunnews

Publik menyambut ajakan Presiden dengan senang hati dan gembira. Bahkan pekan ini disebut sebagai Pekan Pancasila.

Ramai-ramai, bermunculan status di media sosial, mengupload meme yang bertuliskan dua kalimat tersebut. Siapa mereka? Tentu saja, paling banyak adalah para selebriti. 

Ada penyanyi, aktor, aktris, bahkan news anchor terkenal, Najwa Shihab. 

Apakah semua menyambut positip? Tentu saja tidak. Apakah aku termasuk yang mengunggah meme itu? Juga bukan. Aku perlu kejelasan sebelum mengunggah sesuatu yang viral seperti ini.

Tak lama dari beredarnya berita, notifikasi emailku berbunyi. Sebuah email dari mak MIRA SAHID, seorang blogger dan netizen, sekaligus founder Kumpulan Emak Blogger. Ia memang sejak semula menjadi penyambung antara netizen dan MPR RI. 

Undangan untuk netizen!
Judulnya Netizen Jakarta Ngobrol Bareng MPR RI. 


Aha! Ini dia yang aku butuhkan : kejelasan!

Venue acara, sumber : Sally Fauzi
Bincang hangat dan akrab dengan netizen, sudah beberapa kali diadakan oleh MPR RI. Satu upaya pendekatan yang sangat dibutuhkan, mengingat, saat ini opini publik tak jarang diarahkan oleh para netizen dan blogger. 

Kali ini, acara dibuka dengan pak Zulkifli Hasan. Beliau mendapat kesempatan pertama, karena harus hadir di sebuah acara buka puasa bersama. 


Sependek pemikiran aku, dulu memang kita mendengar Hari Kesaktian Pancasila pada tanggal 1 Oktober. 

Seiring waktu, Hari Kesaktian Pancasila ini memudar, seolah kita sudah lupa dengan Pancasila. Bahkan peringatan tentang Hari Kesaktian Pancasila sudah lama tidak diadakan. 

Barulah sekarang, pada 1 Juni yang ditetapkan oleh Presiden Jokowi sebagai Hari Lahir Pancasila, tanggal di mana Soekarno mengenalkan di depan sidang BPUPKI istilah Pancasila, bangsa Indonesia secara massal membicarakan lagi Pancasila. (aplaus untuk pak Jokowi)

Dengan penekanan pada #IniBaruIndonesia pak Zul menekankan pada beberapa hal :

  • Pancasila itu sesuatu yang sakral, Pancasila itu prilaku yang disinari Cahaya Tuhan
  • Ada 3 negara yang lahir dari cita-cita dan pengalaman; Amerika Serikat, Indonesia, dan Uni Soviet
  • Pancasila itu gotong royong, kerjasama dan kasih sayang. Yuk kita saling menghormati, mencintai serta menghargai.
  • Bersama netizen, mari kita kembalikan kedamaian, dengan tidak menyebarkan berita hoax, atau berita yang bersifat memanas-manasi keadaan
  • Mari kita kembalikan etika kebangsaan -dengan cara kembali pada Pancasila yang sesungguhnya, mungkin bisa dengan cara mengembalikan masa-masa penataran P4?
Lalu, yang seperti apa manusia yang Pancasilais itu?
  • Yaitu yang tidak hanya sekedar menghapal. Tapi juga menerapkan sila-sila Pancasila dalam perilaku
  • Kita belum Pancasila jika berdalih agama dan Tuhan tapi merendahkan sesama manusia
  • Kita tak bisa bilang "adil dan beradab" jika masih saja berpihak kepada grup whatsapp (x_x)'
Sebelum mengakhiri bincang-bincang, ada sesi tanya jawab. Kali ini pertanyaan dari seorang netizen - yang maaf saya lupa namanya (x_x)- ia bertanya tentang diksi kalimat, 
"Mengapa baru sekarang heboh kalimat Saya Indonesia, Saya Pancasila? Dan mengapa kata "saya" karena kalimat tersebut seolah mengatakan yang lain "bukan" Pancasila"
Kata pak Zul,  
ini mengacu pada konteks dan history bagaimana kalimat ini pertama kali muncul dan diucapkan. 

Kalimat Saya Indonesia Saya Pancasila, kan awalnya diucapkan oleh Presiden? Nah,  itu merupakan kelanjutan dari kalimat sebelumnya yang berbunyi, “Saya Jokowi…” 

Maka, karena awalnya adalah “Saya…”, maka tentu saja subjek dalam kalimat berikutnya juga saya. Jika kelanjutannya tiba-tiba menjadi “Kita Indonesia Kita Pancasila”, ya tentu saja tidak nyambung.

Slogan "Saya Indonesia Saya Pancasila", salah kaprah? 


Untuk slogan, aku mengutip kalimat dari Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Triawan Munaf, di akun instagramnya @triawanmunaf (udah follow? kalo belom, sono pada follow, gih..)

Di akun ini, ayah Sherina Munaf ini merespons pernyataan Calon Gubernur DKI Terpilih Anies Baswedan, yang mengkritik slogan 'Saya Indonesia Saya Pancasila'. 

Menurutnya, slogan itu memang dibuat untuk generasi muda.
"Buat yang mengkritik secara dahsyat bahwa 'Saya Indonesia, Saya Pancasila' itu salah, dan seharusnya katanya 'Saya Orang Indonesia, Saya Pancasilais, ini respons saya," ucap Triawan lewat Instagramnya, @triawanmunaf

Triawan lalu menjelaskan, slogan itu memang menggunakan idiom anak muda yang elliptic agar kena dan sesuai dengan apa yang mereka sering gunakan sehari-hari, generasi millenial. 

Nah terbukti kan, slogan Saya Indonesia Saya Pancasila ini mendapat sambutan yang luar biasa hingga viral? 

Sesudah pak Zul meninggalkan ruangan, maka dilanjutkan dengan Ma'ruf Cahyono, Setjen MPR RI.

Pria yang terkenal dengan puisinya yang spontan dan menyentuh ini, kembali mengingatkan para netizen. Sebagai penyampai opini, ia berharap netizen akan terus memberitakan hal-hal positip. 
  • Jadikan media sosial untuk saling merangkul, bukan saling memukul dengan kembali pada demokrasi berlandaskan Pancasila.
  • Kita, masyarakat Indonesia memang beragam. Tak ada yang menampik hal itu. Namun sebaiknya kita saling hargai keragaman tersebut.

Acara ditutup dengan tanya jawab dengan netizen. Salah satu dari pertanyaan yang menggelitik itu adalah...
"Pak, menurut Bapak, tepatkah Zaskia Gotik menjadi Duta Pancasila?"
sebuah pertanyaan yang sontak mendapat tepuk tangan riuh para tamu undangan.

Ha ha.. benar juga ya, kali ini Maruf Cahyono berusaha arif dengan menjawab, bahwa itu terjadi sesudah viral ketidak tahuan Zaskia menjawab sila demi sila Pancasila (Baca : "ketololan" )

Diharapkan dengan menjadi Duta Pancasila, ia tak lagi bermain-main di depan ranah publik dengan Pancasila dan UUD 1945.


Lalu ada lagi curhat dari Eni Martini, blogger. 
"Sekarang ini ada istilah muallaf Pancasila, alias pada ikut-ikutan mendeklarasikan "Saya Indonesia Saya Pancasila". Mualaf yang dimaksud yaitu mereka ini baru paham sekarang. Bagaimana cara kita menyikapinya?"
Nah, ini sepertinya lebih mengarah ke kontra, atau .. sebut saja nyinyir. 

Menyikapi kalimat ini, Ma'ruf Cahyono kembali mengingatkan, bahwa deklarasi ini muncul sebagai respon atas realitas kebangsaan akhir-akhir ini saja.

Artinya, bisa sebaliknya, justru para deklarator SISP itu adalah orang-orang yang saat ini sedang memiliki kesadaran baru yang mendalam mengenai Pancasila, dengan pemahaman dan pemaknaan yang lebih baik ketimbang para penyinyirnya. Lagi pula, jika para deklarator disebut muallaf, memangnya mereka sendiri tidak?
Ada lagi pertanyaan, eh lebih tepatnya curhat seorang netizen, blogger bernama Dian Kelana,
"Saya ada di perkumpulan Minang Palanta. Sejak ada perbedaan, mengapa seolah kami menjadi sasaran kebencian haters?"
Jawaban ini sepertinya tidak terjawab tuntas. Yang jelas, Ma'ruf Cahyono mengatakan, kita semua jangan berpikir hanya terbatas grup whatsapp kita saja. Kalau si A bilang membenci maka semua ikutan membenci, dan seterusnya. 

*Note : Mungkin juga akunya udah gagal fokus karena udah azan magrib he he 

Sebelum azan magrib berkumandang, Ma'ruf Cahyono kembali menyitir sebuah puisi yang isinya cukup mengentak. 

Semoga setelah ini, semua blogger dan netizen bisa saling bahu membahu, yaa.. memberitakan hal positip, sekaligus menyaring berita hoax agar Indonesia kembali damai, aman dan sejahtera... 

Saya Indonesia, Saya Cinta Pancasila…!

14 komentar

  1. ya bgeitulah mbak tanti, sanagt sedih kalau melihat fenomena ini bahkan ada yang ingin menghilangkan ideolgi panacasila ini. pdhla aku selalu kagum dg pemikiran bapak bangsa ini yg merumuskan pancasila, mereka tahu betul dan mengerti sekali shg mereka yakin dg pancasila keberagaman di sini bisa dipersatukan

    BalasHapus
  2. Iya mbak, mungkin berangkat dari keprihatinan ini akhirnya pak Jkw membuat slogan seperti itu

    BalasHapus
  3. Beneran latah berarti ya.
    Baru ngeh kalo.meme itu lahir setelah presiden ngomong begitu.

    Gak dibahas juga kenapa tgl 1 oktober harinkesaktian pancasila ilang dr kalender skrg diganti tgl 1 juni ya ci?

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahaha, kalo ga ikut acara seperti ini pun aku tidak terlalu ngeh.

      Sependek pemikiran aku, dulu memang kita mendengar Hari Kesaktian Pancasila pada tanggal 1 Oktober.

      Seiring waktu, Hari Kesaktian Pancasila ini memudar, seolah kita sudah lupa dengan Pancasila. Bahkan peringatan tentang Hari Kesaktian Pancasila sudah lama tidak diadakan.

      Barulah sekarang, pada 1 Juni yang ditetapkan oleh Presiden Jokowi sebagai Hari Lahir Pancasila, tanggal di mana Soekarno mengenalkan di depan sidang BPUPKI istilah Pancasila, bangsa Indonesia secara massal membicarakan lagi Pancasila.

      Hapus
  4. Ah, sayang banget, waktu di Bandung aku gak bisa ikutan acara ini. Banyak banget nilai-nilai Pancasila yang lupa. Untung deh banyak postingan-postingan materi acara tersebut. Ayoooo belajar lagi. *ngomong sama diri sendiri* :D

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iyam kalau ikutan acara seperti ini, jiwa nasionalisme berkobar kembali *tsaaah

      Hapus
  5. Rakyat kita memang suka latah. Semoga kedepannya tidak sekedar latah agar ikut kekinian, tapi bener2 bisa meresapi semua yg terjadi didepan mata agar bisa bereaksi dengan bijak. Salam pancasila :)

    BalasHapus
  6. mungkin karena gunjang gunjing negara kita yg skrg ini, Pancasila digaungkan kembali ya mba... saya sempet bingung di awal2, kenapa Pancasila jadi 'naik daun' begini? Kita kan, dari SD bahkan TK sudah dikenalkan dan harus bertindak sesuai dgn nilai2 Pancasila, kenapa malah skrg heboh ttg Pancasila? kemana aja? saya yg dari dulu sudah ditanamkan nilai2 Pancasila, ikut P4 di sekolah, lha kok... baru ngomongin Pancasila? Pancasila bukan hanya simbol, bukan hanya slogan "Saya Pancasila", tapi perlu dibuktikan....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Seiring waktu, Hari Kesaktian Pancasila ini memudar, seolah kita sudah lupa dengan Pancasila. Bahkan peringatan tentang Hari Kesaktian Pancasila sudah lama tidak diadakan.

      Barulah sekarang, pada 1 Juni yang ditetapkan oleh Presiden Jokowi sebagai Hari Lahir Pancasila, tanggal di mana Soekarno mengenalkan di depan sidang BPUPKI istilah Pancasila, bangsa Indonesia secara massal membicarakan lagi Pancasila.

      Hapus
  7. UNTUK PRESIDEN DAN WAPRES RI,
    RAKYAT BERHAK DEMO
    BERDEMO UNTUK PERDAMAAN, KEADILAN DAN , KESATUAN NKRI.
    TETAPI
    DEMO DAN SEGALA BENTUK ANCAMAM KEKERASAN, PEENEBAR KEBENCIAN, MAKAR DAN PENISTAAN PANCASILA HARUS DIPIDANA DIHAPUS DARI BUMI IBU PERTIWI.UNTUK SELAMANYA.
    SEMOGA SEMUA JAJARAN MENDAGRI, HUKUM, HAM, TNI & POLRI DAN BIN MEMBANTU PELAKSANAANNYA.
    DR MUHERMAN HARUN (85)

    BalasHapus
  8. UNTUK PRESIDEN DAN WAPRES RI,
    RAKYAT BERHAK DEMO
    BERDEMO UNTUK PERDAMAAN, KEADILAN DAN , KESATUAN NKRI.
    TETAPI
    DEMO DAN SEGALA BENTUK ANCAMAM KEKERASAN, PEENEBAR KEBENCIAN, MAKAR DAN PENISTAAN PANCASILA HARUS DIPIDANA DIHAPUS DARI BUMI IBU PERTIWI.UNTUK SELAMANYA.
    SEMOGA SEMUA JAJARAN MENDAGRI, HUKUM, HAM, TNI & POLRI DAN BIN MEMBANTU PELAKSANAANNYA.
    DR MUHERMAN HARUN (85)

    BalasHapus
  9. UNTUK PRESIDEN DAN WAPRES RI,
    RAKYAT BERHAK DEMO
    BERDEMO UNTUK PERDAMAAN, KEADILAN DAN , KESATUAN NKRI.
    TETAPI
    DEMO DAN SEGALA BENTUK ANCAMAM KEKERASAN, PEENEBAR KEBENCIAN, MAKAR DAN PENISTAAN PANCASILA HARUS DIPIDANA DIHAPUS DARI BUMI IBU PERTIWI.UNTUK SELAMANYA.
    SEMOGA SEMUA JAJARAN MENDAGRI, HUKUM, HAM, TNI & POLRI DAN BIN MEMBANTU PELAKSANAANNYA.

    BalasHapus
  10. UNTUK PRESIDEN DAN WAPRES RI,
    RAKYAT BERHAK DEMO
    BERDEMO UNTUK PERDAMAAN, KEADILAN DAN , KESATUAN NKRI.
    TETAPI
    DEMO DAN SEGALA BENTUK ANCAMAM KEKERASAN, PEENEBAR KEBENCIAN, MAKAR DAN PENISTAAN PANCASILA HARUS DIPIDANA DIHAPUS DARI BUMI IBU PERTIWI.UNTUK SELAMANYA.
    SEMOGA SEMUA JAJARAN MENDAGRI, HUKUM, HAM, TNI & POLRI DAN BIN MEMBANTU PELAKSANAANNYA.

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)