Cinta Beraroma Saga

Konon, pada setiap cerita, ada bisikan malaikat pada mulanya. Mengaduk dan menghidupkan lagi pengetahuan terpendam sang pengarang.

Cara malaikat berbisik, berbeda di setiap telinga. Ia bermain pada imajinasi. Ada kalanya ia muncul saat kau melihat sebuah sendok perak di ujung taplak. Atau kala angin membawa dedaunan kering berwarna merah saga. Ia bisa menjelma melalui perantaraan indera. Mungkin saat kau mencium aroma tanah yang dikecup hujan, atau saat berjengit terkena panasnya api kayu bakar.

Dan ingatan itulah yang kali ini menyerbu, sesaat tatkala indra pencecapku bercumbu dengan seduhan teh berempah. Aroma kayu manis berdansa dengan tuan cengkih, dan main mata dengan nona kapulaga yang eksotis. 

"Sage!" bisikku. 

Sayang, yang kupikir bisikan dalam hati, ternyata terucap begitu saja. Dan pasti keras. Beberapa mata melirik. Mungkin ada yang berujar dalam hati, "Kasihan, pasti habis patah hati ditinggal cowoknya!"

Aku melanjutkan keras-keras seolah sedang menggambar aneka rempah. "Sage, oregano, thyme, rosemary, lavender dan basil. Hmm.. apalagi ya?"  Thank God, ada sketchbook hitam yang selalu kubawa-bawa!

Pasangan mata sok pengen tahu - sok menilai dan sotoy melengos. Kembali menekuri meja masing-masing.  

Banjir kenangan mencuat bersama nama itu begitu saja, berbarengan dengan degup di dadaku yang mengencang. Huh. Padahal, aku kan tidak meminta kurir menyeberang ke alamat imajinasi!

Untuk sesaat, kunikmati saja imaji wajah tirus dengan hidung mencuat yang dulu kukenal. Biar pun kenangan terakhirku tentang Sage tak seindah ketika mengenalnya.

Sage yang selalu meyakinkan aku untuk tak lagi mau menyeruput kopi. “Kopi itu pahit, Ven. Sesempurna apapun kopi yang kamu buat, kopi tetap punya sisi pahit,”

“Ah, biar.. kan banyak juga yang berpendapat, kopi akan menjadi lebih manis bila ditambahkan gula, layaknya hidup yang harus juga ditambahi pemanisnya agar tidak pahit melulu!”

Tapi setelah itu, aku berusaha menyukai teh. Demi Sage. Walau diam-diam aku lebih mencintai kopi.

Eh, bentar.. ada cowok lewat. Ih, ganteng juga. Wiii, tangannya kekar loh! Perutnya six pack, pula! Fokus, Ven. Fokus...

Kutahan napas (dan sudut mata) kuat-kuat, embuskan pelan pelan, lalu geming menyeruput kopiku.

"Hai!" 
Pfft.... ! Kopi yang barusan masuk mulut hampir tersembur keluar. Cowok ganteng tadi tahu-tahu sudah berdiri di depan meja. 

"Eh, hai.. halo.."  

All I want to do is running home to you, come running home to you...

Halah. Shit

Lagu refrain Grant Gustin menggema, terdengar mengejek. Sopan sih, suaranya, tapi saingan dengan suara di kepalaku!

"Boleh duduk di sini, atau sedang menunggu seseorang?" tanya cowo gan.. cowok tadi. Ia melirik dua cangkir di meja. Satu cangkir kopi dan cangkir lain berisi teh.

Senyum dikit. Dikit aja biar sedikit ja-im. "Eh, boleh kok. Nungguin yayang sih, tapi ngga apa-apa. Silakan," 

Tepat saat itu juga, ponselku berdering. "Ven, kamu dah di TKP?" suara Fita. 

"Sori Ven, aku belum bisa berangkat, nemenin Fiki sebentar, yaa.. si mbak masih nyuci nih.. Hadeeh, itu anak apa bola bekel sih, woooii.. FIKI! Jangan lompat lompat di sofa! Adooooh! Bye Ven!" 

Aku hanya geleng-geleng. Aku memang janjian dengan Fita menikmati sore ini di kafe kesayangan kami.  Tapi Fiki yang sekarang berusia 3 tahun belum bisa ditinggal.

Cowok tadi tersenyum. Etapi... kayak pernah kenal. 

"Kamu Venita kan? Venita Paramitha dari SMA Maranatha?" 

Weiiits! Sebut nama lengkap nih! Sekarang aku mengamati wajah itu, sambil secepatnya membongkar lemari berkas data. Ketemu!

Ouch.. ini memang dia, si .... "Ngg... Ario?"

Ia tersenyum lebar. Lesung pipitnya tercetak nyata di pipi. "Haaa! Akhirnyaaa!" Diulurkannya tangan, dan langsung menjabat tanganku erat.

"Ssssh..." aku meringis. "Eh, maaf.. maaf, kekencengan ya?" 

Ario Bimo adalah salah satu sahabat geng-nya Sage Abyasa. Mereka berlima sepaket, dan tuan Sage adalah sang Pangeran disertai patih-patihnya. Atau wizard dan familiernya.

Ketika kami lulus, kebetulan aku, Sage dan Ario satu kampus lagi. Hanya beda fakultas. Aku masuk Fakultas Seni Rupa, dan mereka berdua di Teknik Mesin.

Alam semesta memang sedang merencanakan sesuatu. Mungkin membuka sedikit memori. Tapi untuk apa? 

Hujan memilih waktu yang tepat untuk jatuh. Tak deras, namun sanggup meramaikan suasana. 

"Masih suka melukis secangkir kopi?" Ario bertanya. Suaranya serak. Type suara yang bakal bikin anak-anak perempuan tergila-gila. Tidak perempuan saja sih…

"Ehehe .. masih, lah," acuh aku kembali menekuri buku gambar. Iseng, aku lanjutkan, “Daripada menggambar cinta yang tak kunjung tiba?”

Aku merasa mata Ario menatapku tajam. “Kamu masih sakit hati, ya Ven?” 

Aku diam saja. Mencoret-coret doodle. Bunga. Bintang. Bunga. Bintang. Kepala babi. 

“Ven, waktu tak bisa diputar kembali, dan aku sudah berkali-kali meminta maaf sama kamu, loh..” suaranya pelan. 

Aku menukas. “Ah, sudah Yo. Aku sudah lupa kok, ngobrol yang lain ajalah! Kamu kerja di mana sekarang? Udah punya anak berapa Yo?” aku berusaha ceria. 

“Eh maaf.. kalian tidak bakalan bisa punya anak yaa,” Bodoh Venita, bodoh! Pertanyaan macam apa itu!

Kalau di film animasi, pasti aku digambarkan sedang memukul kepalaku sendiri pakai martil super besar.

Ario hanya tersenyum maklum. “Aku kerja di perusahaan alat-alat berat, Ven, sama, Sage juga. Hanya saat ini, dia sedang ke luar kota,”

“Ya tentu saja, kami tidak punya anak,” ia menekankan.  Saat itu ponselnya yang ditaruh di meja berbunyi. Aku sempat melihat nama si penelpon. Sage.

Aku buru-buru membereskan buku dan spidol di meja. Secepat kubisa, memasukkan semua ke dalam tote bag, sambil memanggil pelayan. 

“Eh Yo, sorry ya, aku terpaksa duluan, aku harus ngejar les privat lagi, nih.. senang bertemu denganmu. Tuh angkat aja telponnya, salam ya untuk Sage!” 

Dengan satu tarikan napas, aku mengakhiri pertemuan dan berdiri. Ario tampak hendak mencegah, tapi ponselnya berdering terus menerus.

Aku berjalan cepat menuju meja kasir, tapi tak ayal masih mendengar suara Ario, “Ya, sayang?” ke ponselnya.

Fiuh.. nyaris saja. Walau benar kata Ario, itu semua sudah berlalu, tapi ternyata aku tetap aja masih baper. 

First love never die? Tidak juga, mungkin hanya sedikit kecewa. Bahkan saat ini, jujur saja tidak ada rasa marah sedikit pun tersisa.

Jalinan cintaku dan Sage seperti film roman klasik. Manis dan menyenangkan. Malah kalau kupikir sekarang, terlalu manis. Kami tak pernah bertengkar hebat. Malah seperti sahabat. Eh, sahabat? 

Benar juga ya.. mungkin saja sejak awal sebenarnya cinta kami platonis. Sage menyayangiku sebagai seorang sahabat. 

Buktinya, saat ini ia telah memilih. Ya, setelah menjalin kisah kasih selama 8 tahun, Sage memutuskanku, dan memilih Ario untuk menjadi belahan jiwanya. Kudengar, mereka bahkan telah meresmikannya di Belanda. 

Aku tersenyum kecil. 

Aku bersyukur. Jika Sage tak memutuskanku, mungkin aku tak akan pernah mendapatkan belahan jiwaku saat ini. 

Ya, aku sendiri juga sudah menemukan cinta sejatiku, Fita Andriani, seorang janda korban kekerasan dalam rumah tangga, yang sudah memiliki seorang putra mungil yang lucu.  

Terimakasih Sage….

61 komentar

  1. aawww gemeys alurnya. terus sempet baca berulang2 masalah gendernya. PLOT TWIST lah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wkkwkwk tau gak sih, ini bikinnya ngebut gara gara cerita pertama ga diterima karena.... kepanjangan!

      Thank you Cindy

      Hapus
  2. Pertama langsung salfok sama gambarnya yang keren di awal. Lalu perlu baca beberapa kali, baru mulai tahu siapa tokoh aku. Mantap kakak.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ya ampuuuuun maafkan... Iya aku pas nulis sempat tanya Alaika as a first reader, kira kira pas baca orang-orang bisa salah paham ga ya..

      Hapus
  3. Aku langsung fokus ke gambar header di awal. Itu gambarnya Mba Tanti ya? Duh baguus dehhh

    BalasHapus
  4. Mbak Tanti mah, bikin cerita ngebut aja jadinya bagus gini. Saya tiap bikin cerita, entah kenapa susah bener bikin endingnya kelar gitu. Bingung menyelesaikannya.

    BalasHapus
    Balasan
    1. haaah mana sini sini kita duduk manis selesaikan yuuk, intinya mah plot twist di akhir itu menyenangkan

      Hapus
    2. wkwkwk..cerita cerita saya yang gak pernah selesai itu entah sudah ada di mana. Kalau dibaca lagi, mungkin pengen ketawa tuh saya. Wkwkwk. Ingat juga zaman sekolah dulu, kalau ada tugas bikin cerpen, saya pun gitu~ Gak bisa kelar ceritanya.

      Hapus
  5. Ini gilaaakk Mba :)))
    Ya ampyuuunnn, imajinasi, pilihan diksi, plot twist-nyaaa... semua PERFECTO!!
    Gilak gilaaakkk

    BalasHapus
    Balasan
    1. haaaah kok kamu ngatain aku gilaaaaakkkk

      ((perfecto nya bikin senyum meringis)))

      Hapus
    2. Aku baca ulang dan masih ngowoh (ternganga) dgn ide dan plot twist-nya
      Super duper mantuuulll!

      Hapus
  6. Cinta terdesak jaman. Masa dimana sebuah hubungan normal terhempas oleh keadaan yang tak pernah dan tak ingin kita duga. Tapi demi sebuah kewarasan dan kepatuhan kita pada agama, memilih untuk tetap berada di jalanNya akan selalu menjadi pilihan terbaik.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Naaaah itu yang kadang ga bisa diterima oleh agama ya mbak, tapi aku emang pas bikin ini rada gemes sama tokohnya, pengen jitakin

      Hapus
  7. biseks ya akunya?
    Apapun lah. saya selalu betah di blognya mbak Tanti
    Gambarnya bagus-bagus
    Hiks kapan saya punya, satu aja :D

    BalasHapus
  8. Haaaa? Jadi yang Ario dan Sage, cowok sama cowok, dan Aku sama Fita cewek sama cewek? :))))

    Mbak Tanti pinter banget bikin cerita, pilihan katanya selalu menarik. Dan aku membaca dengan hati2 nggak mau kelewat satu kata pun. Perlu jam terbang tinggi buat bisa bikin cerita seperti ini.

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkkk iya, kasian yaaa

      sekali sekali lah kita buatin yang orang lain pengen jitak penulisnya (which is me!)

      Hapus
  9. Endingnya nyebelin banget sih. Kenapa keduanya jeruk makan jeruk, coba. Aduh.... patah hati bisa bikin dunia berubah ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. huaaaaa maaafffff

      abisnya kan kalau patah hati udah biasa mbaaak, cari cowo lain beres, boring akutu

      Hapus
  10. Cerita yang imajinatif, ga nyangka 3uy endingnya. Btw awalnya ku salfok sama gambar ilustrasinya, kerennnn. Itu bikinnya pake canva atau apa mba Tanti?

    BalasHapus
    Balasan
    1. haahhaa tapi masih logik tidak Nanie?

      iya itu pake canva, aku cinta nganva deh sekarang!

      Hapus
    2. eh sorry tapi diedit lagi di paint

      Hapus
  11. Agak pedih sama ceritanya, sudah menduga kalau Ario dan Suge ternyata..ya seperti itu
    Tapi endingnya agak bikin tercengang juga
    Cukup out of the box, alur kisah yang tidak biasa

    BalasHapus
    Balasan
    1. I knooowwwww.. tapi kan dia berakhir bahagia versi dia hiks ...hiksss

      kita kan ga boleh menyuruh dia juga untuk tidak memilih kaaan

      Hapus
  12. Endingnya zonk... Tapi tetep suka, alurnya lembut, pilihan kata-katanya aku terlena. Huhuhu hayuk lanjutkan mbak tanti,jadiin novel. Naggung nih hehehehe

    BalasHapus
    Balasan
    1. zonk yaaa penonton kecewa gitu? yah maaafffff

      tapi plot twist ini masih logik kaaaan

      Hapus
  13. Eh eh plot twist. Tapi Ven ini gak kaya gitu karena kecewa atau trauma sama laki-laki kan? Jadi penasaran

    BalasHapus
    Balasan
    1. Bukan ternyata dia memang cinta platonis jugaaaa!

      Itu sebabnya dia sayang Sage walau tidak menduga Sage yang akan jalan dengan sahabatnya sendiri

      Hapus
  14. Aku baca ini beberapa kali karena suka sama alurnya. Tapi selalu menemukan keseruan di tengah2 cerita, heheh

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hihihi Cindiiii

      Senangnya dikau baca dua kali! Komen dua kali pula!

      Hapus
  15. selalu seru baca tulisan kamu mba, dan ada pelajaran di dalamnya juga, alurnya juga menyenangkan

    BalasHapus
    Balasan
    1. Ahwawahwaahwa (ketawa gaya baru)

      Kabur ah sebelum dijual Aie

      Hapus
  16. Awalnya gak ketebak nih kisah cinta antara siapa. Sampai saya baca beberapa kali. Ternyata jeruk makan jeruk, ya hehee

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aaaah betul sekali saudari Myra Anastasia. Cinta emang aneh ya.

      Kek ga ada belahan jiwa yang ga sejenis lainnya (((lantas aku di-bully para LGBT Q)))

      Hapus
  17. Huaaa..kubaca bolak-balik baru nyambung..eduun..Sage cinta masa lalu yang mengecewakan ya...

    BalasHapus
  18. Oh wow plot twistnya bikin kaget hehehe. Ternyata cinta platonis bisa mengantarkan ke cinta sejati ya.

    BalasHapus
  19. Whoa...ikut tercengang di bagian akhirnya. Ternyata sama aja dengan Ario dan Sage, kirain tokoh utama berbeda dengan dua cowok itu, eh ternyata sama.
    Jalur ceritanya menarik, Mbak. Lanjut bikin novel aja ...hehehe

    BalasHapus
  20. Wah aku selalu terkejut klo baca cerita mbak tanti..
    Mengalir lancar dan selalu memberi kejutan di akhir...
    Ah kapan bisa nulis fiksi sekece itu aa

    BalasHapus
  21. Ada nama Grant Gustin disebut aku lagsung eringat Glee, hehehe malah OOT. Aku baca ulang aku ini cewe atau cowo tadi :-D
    Bisaan ih mbak Tanti bi=uat cerita

    BalasHapus
  22. eading this story makes you more curious, when can you read the full review

    and most importantly the book illustrator is definitely cool, hehehe

    BalasHapus
  23. endingnya ga terduga, kereen mbak Tanti. suka banget dengan cerita-ceritanya
    Ya ampun aku sampai ngulang bacanya baru ngeh kwkwkw
    Bikin lagi ya Mbak

    BalasHapus
  24. Kirain awalnya si aku ini cewek, ternyata cowok. Penasaran loh dengan ceritanya. Apakah akan ada lanjutannya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tokoh utama cewe mbak

      Namanya aja Venita loh yaaa

      Hapus
  25. Aah...ternyata....
    Kak Tanti ini susah ditebak banget ceritanya.
    Tapi stereotype cowok ganteng di kota besar itu rata-rata gak normal, aku jadi uugggh!
    Mantap.

    Memainkan takdir di atas keyboard laptop.
    Kereen kak Tanti. Aku suka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Alhamdulillah.. sesekali buat yang out of the ... Boleh kan yaaa

      Yoi kalau liat cowo ganteng sekarang aku tanya tanya is he straight?

      Hapus
  26. Cinta akan menemukan pada sosok yang tepat ya, rasanya ikut senang baca endingnya. Jangan sampai memaksakan diri bertemu orang yang tidka tepat.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hmmmm .... baiklaaaah

      Tapi keduanya tidak tepat sih, aku kudu piye iki

      Hapus
  27. Sudah kudugong endingnya bakalan bikin lebih terkejut hahahaha! Sama-sama menemukan belahan jiwa dengan caranya masing-masing ya.

    Aku dukung bikin cerita lanjutannya nih. Btw punya Wattpad atau Storial nggak sih, Mbak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Oiya ya punya kok ... Iya nanti ditaro sana deh. Thankyouuuuu

      Hapus
  28. Endingnya bikin mengernyitkan dahi haha. Duuh udah lama nggak mengeksplor kemampuanku untuk menulis cerpen begini. Masih mampu nggak ya berimajinasi membuat plot dan alur yang ciamik?

    BalasHapus
  29. Wah mak tanti suka nulis cerpen juga yaaa.. kece nih mak cerpennyaaa, endingnya nggak terduga.. heheee. Ditunggu cerpen selanjutnya ya maaak

    BalasHapus
  30. Mba, ini kok jadi mbulet to ceritanya. Masing-masing kok malah dapet jodohnya sesama jenis? Piye to mbakyu, apa aku yang enggak mudeng siiyy...

    BalasHapus
  31. Kaget aku mbak..kirain yang jadi tokoh utama tu cewek, ternyata...wkwkwk. bagus mbak, tak terduga...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Eh, memang cewek ya? Tapi kok pasangannya cewek juga? Duh ..bingung. wkwk...

      Hapus
  32. Awalnya aku ga ngerti ini cerita tentang kisah asap sih? Beneran aku ga paham.

    Lalu aku baca lagi, Benrr deh kayaknya ini cerita tentang kaum yang melengos dari fitrahnya. Dan bener, aku baca komennya gitu ternyata.

    Dikau berani nulis cerita ini mak.

    BTW aku suka deh sama gambar ilustrasi yang di awal itu, sukaa pake banget

    BalasHapus
  33. Aku salfok liat ilustrasinya, keren deh mba, kepo dong bikin dimana ilustrasinya ��
    Btw alur ceritanya singkat tapi gemes deg suka sama plotnya

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)