GAUNG KUSTA DI UDARA



Tepat di tanggal 11 September lalu, 
ternyata masyarakat Indonesia merayakan Hari Radio Nasional, dan jika dirunut sejarahnya, maka hari ini disebut juga sebagai HUT RRI.

Apakah seiring pesatnya perkembangan informasi, radio menghilang?



Asumsi aku sih, sebagai anak Hard Rock & Prambors mania circa 2004-2005, 

*KETAHUAAAN DONG, USIANYAAA*  

SEIRING internet bertumbuh pesat, aku akan melupakan radio. 



TAPI TYDACK, SODARA-SODARA!

Kayaknya sih, hingga kini aku ngga bakalan bisa melupakan suara empuk nan edgy Sarah Sechan, kerenyahan suara Indi Barends dan kang Farhan yang sekarang udah berkibar jadi anggota dewan! 

Bahkan ada masa dimana aku tak bisa hidup tanpa dengerin lawakan (yang kadang garing) milik Roti aka Ronald dan Tike!

Di era 2015-an, 
internet menghadirkan kelincahan Youtube, dan di masa-masa itu, aku mulai "pindah ke lain hati" dan menikmati visual yang mumpuni dari Chandraliow, Edhozell atau bahkan Skinny Indonesian 24, lol..

Ya iyalah.. kadang kemampuan anak jaman now itu, kalo syuting udah ngalah-ngalahin para sutradara loh! Mereka juga proper karena peralatannya menunjang. 

Tapi untunglah, dengan adanya kemudahan live streaming, radio ternyata tetap menjadi sarana alat komunikasi. Sampai kapan pun, radio akan tetap diperlukan, hanya saja dimensinya berubah, mengikuti perkembangan jaman!

Dengan kemudahan format live streaming, apalagi ditunjang bisa mirroring di  kanal Youtube, jumlah stasiun radio yang dirujuk dari data Kemkominfo, saat ini mencapai 3000 lembaga penyiaran loh! 

Nah itu sebabnya,
untuk memperingati Hari Radio Nasional, Kantor Berita Radio atau yang kita kenal dengan kanal Berita KBR bekerjasama dengan NLR -sebuah organisasi non-pemerintah untuk menanggulangi kusta- mengadakan talkshow dengan tajuk Gaung Kusta di Udara. 

Radio dan Perannya pada Literasi Informasi Digital

Sebagian masyarakat sekarang,
jika ditinjau dari kemajuan teknologi digital, seharusnya sudah memiliki tingkat literasi informasi yang semakin baik, kan ya? Setuju kan? Apalagi, tentang literasi kesehatan.

Kenapa?
Ya karena literasi kesehatan itu salah satu cara yang dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman dan upaya preventif masyarakat dalam melindungi diri, entah dari penyakit fisik ataupun jiwa. 

Sayang, saat ini isu hoax yang beredar juga masih banyaaaak sekali!

Apa salah satu hoax kesehatan yang sering beredar?

Tepat! Salah satunya adalah tentang penyakit kusta. 


Stigma yang masih beredar tentang kusta, antara lain, penyakit nenek sihir, penyakit kutukan, tidak bisa disembuhkan dan perlu dijauhkan dari peradaban! 

Diskriminatif?

But you cannot say anything, jika ujug-ujug tetangga depan rumahmu terdiagnosa kusta, dan lantas akibat virus ganas itu, mereka menjadi kehilangan anggota tubuh, dan .... akhirnya menjadi penyandang disabilitas  seumur hidup!

Aku sih terus terang, tak mau menampilkan potret penderita. Rasanya sediiih banget.... tapi aku ngerti sih jika karena itu, akhirnya penderita kusta mendapatkan stigma negatif, serta mendapat perlakuan diskriminatif...


Penasaran, sejauh apa NLR Indonesia bekerja sama dengan KBR dalam meningkatkan akses publik terhadap informasi dan pengetahuan tentang kusta dan disabilitas, maka aku pun hadir menyimak Talkshow Ruang Publik KBR pagi itu.

Sebagai penyiar radio, Rizal Wijaya yang pagi itu menjadi host, menyapa dua narsum yaitu dr. Febrina Sugianto - Junior Technical Advisor NLR Indonesia  dan  Malika - Manager Program & Podcast KBR.


Sebelum bincang-bincang, Rizal bertanya apakah keduanya masih mendengarkan radio?

dr. Febrina Sugianto, mengatakan, tentu saja, sehari-hari saat menyetir atau di perjalanan, masih mendengarkan radio. Samaan dong, bu dokter, *toss...

Malika juga menyampaikan, saat ini radio bertransformasi menjadi podcast, sehingga jika ada tayangan yang terlewat, kita masih bisa menyimak siaran ulangnya.

Penurunan Kasus Kusta di Indonesia, Kabar Baik atau Kabar Buruk?

Sebelumnya, kalau masih ada yang tanya-tanya kusta itu apa - dan sejauh apa sih bahaya atau terdampaknya untuk pasien atau OYPMK - Orang Yang Pernah Menderita Kusta - bisa cus ke tulisan aku yang di sini ya..

ADAKAH AKSES KESEHATAN INKLUSIF BAGI PENYANDANG DISABILITAS DAN KUSTA?

Secara ringkas, penyakit bernama kusta atau lepra ini disebut juga Morbus Hansen - yang adalah penyakit infeksi kronis jangka lama karena disebabkan oleh Mycobacterium Leprae. 

Penyakit ini menyerang kulit, saraf tepi, saluran napas atas, mata, otot, tulang dan alat reproduksi kecuali sistem saraf pusat. Infeksi penyakit kusta cukup mengkhawatirkan karena perlu pengobatan yang panjang. 

Penyakit ini juga bisa menyebabkan kecacatan/disabilitas bagi penderita yang terlambat untuk berobat dan cukup menjadi stigma di masyarakat atau diskriminasi sosial.

Penularan penyakit kusta bisa melalui kontak kulit yang lama dan erat dengan pengidapnya.

Di samping itu penyakit kusta juga bisa ditularkan lewat inhalasi (menghirup udara), karena bakteri penyebab kusta dapat hidup beberapa hari dalam bentuk droplet di udara. 

Namun sebenarnya penyakit kusta bukanlah penyakit yang mudah menular. Walaupun menular melalui pernapasan, orang yang terkena kuman ini rata-rata akan sembuh sendiri karena memiliki kekebalan tubuh.

Hanya sedikit sekali yang menimbulkan gejala atau sakit hingga membutuhkan pengobatan. Penyakit kusta memerlukan waktu inkubasi yang cukup bervariasi yaitu bisa hanya beberapa minggu sampai dengan membutuhkan waktu 3-5 tahun setelah tertular sampai timbulnya gejala.


Nah menurut dr. Febrina, data sementara untuk tahun 2020 terjadi penurunan kasus, yaitu yang sebelumnya di angka 17.439 di tahun 2019, menjadi 16.700 di tahun 2020. 

Membaikkah? Well, menurutnya data ini bisa jadi baik atau malah buruk. Baik karena ada penurunan kasus, yang berarti effort dan kerja keras selama ini berhasil.

Atau malah buruk karena kan sejak Maret 2020 terjadi pandemi Covid-19 terjadi restriksi di beberapa area, sehingga menghambat pengumpulan data. Bisa saja ini berakibat terjadi penundaan pencatatan kasus kusta di Indonesia.

Sedangkan untuk tercapainya eliminasi kasus, di 26 propinsi sudah dinyatakan bebas namun di 8 propinsi lainnya masih belum. Ke 8 propinsi itu antara lain;

Sulawesi Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, dan Papua serta Papua Barat. Dengan tersebar di beberapa kota di Indonesia.

Kasusnya sendiri menyerang anak sebanyak 11% di tahun 2019 dan di 2020 ada 10%.

Mengapa sih, kasus ini belum turun juga di beberapa propinsi tersebut?
  1. Karena kemungkinan besar kondisi daerah yang terpencil dan kondisi demografik yang belum terjangkau. Sehingga petugas kadang kesulitan menjangkau kantong-kantong daerah penderita.
  2. Stigma yang melekat, membuat penderita yang terkonfirmasi malah enggan berobat, dan takut dikucilkan. Atau malah sudah dikucilkan.

Ada berapa jenis kusta kah di Indonesia?

WHO atau Organisasi Kesehatan Dunia membagi kusta berdasarkan jenis dan jumlah area kulit yang terkena. Jenis kusta menurut WHO dibagi menjadi dua, yakni paucibacillary dan multibacillary.

Perbedaan keduanya, yaitu:

Paucibacillary (Pb) 
Kusta paucibacillary ditandai dengan munculnya lima titik lesi (bercak di kulit) atau lebih sedikit lesi dan tidak ada bakteri yang terdeteksi dalam sampel kulit.

Multibacillary (Mb) 
Kusta yang masuk kategori multibacillary apabila timbul lebih dari lima lesi dan biopsi kulit didiagnosis mengandung bakteri. Yang terbanyak di Indonesia menurut dr. Febrina adalah Mb.

Secara umum, dr Febrina memberikan ciri-ciri dari gejala hingga terjadi penyakit kusta ini. Jika sudah terjadi lesi, maka akan terjadi hipopigmentasi atau kulit berubah warna menjadi lebih cerah dari kulit sekitarnya, asimetris (misal terkena di bagian kanan, ya kanan saja dan sebaliknya), serta akan mati rasa.  

Sejauh mana sih, Kantor Berita Radio memperhatikan isu marginal seperti kusta dan disabilitas?

Secara garis besar, ada tiga kelompok marginal yang digolongkan rentan mengalami ketidaksetaraan.  Yaitu antara lain kelompok masyarakat miskin, perempuan miskin, dan disabilitas. 

Nah menurut Malika, kaum marginal ini lah yang kerap mengalami hambatan struktural dan kultural. Mereka mengalami hambatan dalam pemenuhan hak-hak mereka sebagai warganegara. Di Indonesia khususnya adalah ketimpangan akses pelayanan publik, kesempatan ekonomi, maupun ketimpangan sosial. 

Di sinilah pentingnya peran media, mengangkat isu-isu marginal untuk memenuhi hak-hak warganegara!

Untuk itu, tentu saja Malika berharap bergandengan tangan untuk juga menanggulangi bersama banyaknya isu hoax yang bermunculan. 

Karena dengan adanya peran media, terutama radio dan podcast, akan membantu representasi hingga ujungnya mengubah proses kebijakan publik, jika terus menerus digaungkan.

Apa saja kegiatan yang dilakukan untuk melawan hoax dan stigma terkait kusta? 

Jika dirunut, memang KBR sejak awal mengangkat isu-isu tertentu terkait kusta. 

Dan itu semua menjadikan masyarakat memahami tentang kusta. Mulai dari apakah penyakit kusta ini mudah menular atau tidak, apakah bisa OYPMK mendapat pekerjaan terkait disabilitas mereka dan lain-lain.

Terkait pekerjaan dan inklusifitas, aku juga udah pernah menuliskannya loh, coba deh klik ini.

YANG MUDA YANG PROGRESIF, UNTUK INDONESIA INKLUSIF

Hoax tentang penyakit kusta yang masih beredar di kalangan masyarakat, tentu saja masih banyak. 

Ya seperti sudah kusebutkan di awal tulisan ini, jadi itu menghambat banget proses penyembuhan penderita.

Jadi itu sebabnya NLR giat sekali menggaungkan mengapa isu kusta dan disabilitas perlu sekali diedukasi ke masyarakat. 

Masih ingat tidak, dengan foto di bawah ini?



Yes, itu adalah mendiang Princess Diana yang saat itu berkunjung ke RS Sitanala, Tangerang. Di Indonesia, loh itu!

Meski stigma tentang kusta menular, Diana tak segan berjabat tangan dengan para pasien. Ia juga pernah melakukan hal serupa saat mengunjungi para pasien kusta di Kolkata, India. 

Ini terbukti, mendiang Princess Diana memahami dengan pasti bahwa penularan kusta itu tak serta merta, begitu saja terjadi. Butuh waktu intens dan dalam kondisi drop ya, baru deh kita tertular virus ini.

Itu sebabnya, Ibunda Pangeran William dan Pangeran Harry ini pun akhirnya dinobatkan sebagai duta Patron of The Leprosy Mission, sejak 1990 hingga menutup usia pada 1997.

"Selalu menjadi perhatian saya untuk menyentuh orang-orang dengan kusta, berusaha menunjukkan dalam tindakan sederhana bahwa mereka tidak dicerca, kami juga tidak menolak," ucap Diana, dikutip dari Leprosy Mission.
Terharu....

Kusta, Penyembuhan dan Peran Pemerintah Pada Penderita Kusta

Yang menarik, adalah ketika ada pertanyaan melalui telpon ke Berita KBR. Yaitu pertanyaan dari Ibu Akidah di Yogyakarta.

Beliau bertanya tentang saudara yang mengalami kusta, 
sehingga ada pengobatan dalam jangka waktu lama, tapi setelah sebulan menjadi bengkak dan kemerahan. Selain itu juga menjadi demam, sehingga menjadikan pasien takut saat minum obat.

dr. Febrina menerangkan, bahwa memang ada reaksi kusta. Jadi ya karena ini virus pastinya berdampak pada tubuh. Tapi karena di beberapa orang reaksinya berbeda, disarankan konsultasi kembali namun tidak disarankan berhenti. 


"Aku terkena kusta, apakah aku bisa kembali percaya diri?"

OYMPK tentu saja punya rasa tidak pede!

Bayangkan, seseorang yang sakit batuk atau pilek dalam jangka waktu lama saja, bisa menurunkan kepercayaan diri, apalagi ini, kusta! 

Untuk itu dr. Febrina sebagai Junior Technical Advisor NLR memberikan beberapa tips agar OYPMK kembali pulih secara mental, tidak bisa seketika, harus dilakukan bertahap dan pelan-pelan. 

Mengubah pola pikir OYPMK juga diberikan dengan metode CBT. 

"Apa lagi itu, dok?" duh tambah pinter aja aku kalo ikutan talkshow kesehatan gini ya!

Cognitive behavioural therapy (CBT) 
is a talking therapy that can help you manage your problems by changing the way you think and behave. It's most commonly used to treat anxiety and depression, but can be useful for other mental and physical health problems.

Nah biar jelas aku kutipkan ya, dari berbagai sumber! Bentar tak copasin...
Terapi kognitif perilaku umumnya digunakan untuk menangani masalah kesehatan mental, seperti kecemasan dan depresi. Namun, tidak hanya itu, terapi kognitif perilaku juga bisa digunakan untuk membantu Anda menghadapi masalah yang ditemui sehari-hari.

Terapi kognitif perilaku atau CBT (cognitive behavioral therapy) adalah istilah yang lebih umum dari terapi kognitif dan merupakan salah satu bentuk dari psikoterapi. Terapi kognitif bertujuan untuk melatih cara berpikir (fungsi) kognitif dan cara bertindak (perilaku) Anda. Ini sebabnya terapi kognitif lebih dikenal dengan terapi kognitif perilaku.

Jadi si individu ini akan mendapat tahapan dan pengubahan pola pikir pada OYPMK. Bahwa ini hanyalah sebuah penyakit, mereka tidak dikutuk atau mendapat "dosa warisan". 

Itu sebabnya NLR bergandengan tangan dengan KBR ini bagus banget, ya temans... jadi di satu sisi diberi terapi, disembuhkan, dan beritanya juga diangkat, sehingga banyak masyarakat bisa menerima mereka kembali! 

Good job!

Mbak Malika juga memberi tambahan, bahwa partner yang ingin kerjasama dengan KBR di podcast In To The Life - bagaimana mereka survive, bertahan, bangkit dan menginspirasi banyak orang!

Dengan adanya bincang-bincang sesering mungkin, terutama mengupayakan inklusif - diharapkan banyak partner yang bekerjasama, dan menerima OYPMK sebagai tenaga kerja spesial. Duh, semoga barakah ya mbakeeee...

Wooow! Tambah kagum saiaaah!

Di akhir acara, 
mas Rizal Wijaya yang suaranya empuk kayak marshmellow membacakan pertanyaan dari salah satu blogger, Dwi Aprilitanti. Pertanyaannya antara lain efek atau reaksi samping dari pengobatan, dan dijawab oleh bu dokter.

Intinya sih, penderita harus tidak jauh-jauh dari pendampingan dan pengawasan dokter. Soalnya selain pengobatannya harus intensif, juga ada efek samping obat yang tidak nyaman untuk penderita.

Sedangkan untuk pasien yang kecacatan akibat terlambat penanganannya, bisa kembali dilatih di klinik rehabilitasi, dengan bantuan beberapa alat dan pelatih. Minimal jika tidak kembali pulih, tidak memperparah keadaan dan kondisi tubuh OYPMK.


Di mana rehabilitasinya?
Untuk pertama bisa ambil jalur di Puskesmas tentu saja, yang nanti akan dirujuk ke klinik rehabilitasi medis atau RS yang terkait pemulihan akibat kusta.

Pemerintah sudah mengupayakan pengobatan secara gratis untuk penyakit kusta guna mengeleminasi kusta di Indonesia.

Apa saja sih, harapan atau goals pada akhirnya?

Kalau harapan dr. Febrina, sih,
semoga ke depannya kita semua bisa menyampaikan pesan positif, ubah stigma negatif, jadi semua gak lagi hanya berdasar belas kasihan. Lebih kepada pemenuhan hak-hak OYPMK sebagai warga negara.

Nah, mbak Malika kembali mengingatkan, dengan mengangkat isu-isu marginal terkait kusta, diharapkan ke depan, akan semakin sampai ke telinga masyarakat. Apalagi kan KBR juga menggandeng blogger!

Blogger!

Terharu kalau inget aku juga salah satunya yang bisa membantu menyampaikan pesan-pesan positif ini kepada masyarakat!

Oya, sebelum ditutup, ada info lomba menarik ya, dari NLR dan KBR.id yaitu :




Lomba "Melihat Kusta Lebih Dekat' 

Kali ini kami mengajak kamu menyebarkan "Indonesia Bebas Kusta: Sebarkan faktanya, lawan stigma dan hoaxnya! melalui IG REELS dan IG PHOTO

Lomba ini gratis & berlaku untuk umum!

Periode: 13 - 22 September 2021

Total Hadiah: Rp5 juta
Kalian bisa cek di akun instagram NLR Indonesia atau KBR.id.

Ikutan yaaa,
dengan mengikuti lombanya, kalian juga berarti ikut andil dalam menyebarkan pesan Indonesia Bebas Kusta, loh!

Salam!

33 komentar

  1. Radio mah memang dianggap ketinggalan zaman, bahkan udah terlupakan sejak adanya internet. Namun, banyak orang yang masih mendengarkan radio bahkan merindukannya kita salah satunya. Hemm kusta sekarang ini tidak bisa dianggap sebagai penyakit yang buruk apalagi sampai penderitanya dijauhi, malah kita harus memberikan dukungan untuk kesembuhan mereka.

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya bener mbak, radio buatku masih jadi teman sehari hari saat di perjalanan,
      bersyukur sekali kalo kusta diangkat ke permukaan oleh media ya

      Hapus
  2. aih, maaf jadi salfok yang di radio, lagi masa-masa kebersamaan ya, mak. DUh, senangnya..oya, aku juga banyak kenangan sama radio karena dulu suka talkshow di radio, dan sekarang masih mendengarkan radio dong sama suami

    BalasHapus
  3. AKu dulu suka radioa Prambors, KIS FM, Delta FM, dan masih banyak lagi hehehe. Iya dong radio itu masih diperlukan banggeeet sebenarnya loh. Untuk memberikan informasi dan ada feed back terutama masalah kesehatan nih. Kusta bisa disembuhkan, pelan tapi pasti. Yang penting udah ikhtiar kan? Tuh Lady Diana aja ga sungkan deket2 sama pasien kusta, malah mau ngobrol2 dan pegang tangan.

    BalasHapus
  4. Aku anak SK, Mbaaaa Radio Suara Kejayaan. Itu jebolannya para pelawak senior.. ahahaha... pernah juga ketemu penyiar-penyiarnya. Nyanyi bareng Nugie, Ketemu Eko patrio dan almh Mat Solar... hahahaha... ketauan yaa umurnya juga.

    Bicara soal kusta nih memang butuh informasi yang benar agar para OYMPK tidak minder dan tumbuh rasa percaya diri. Jaman sudah canggih, perlu pembenaran berita-berita tentang penyakit tersebut.

    BalasHapus
  5. Aku anak radio, saat pandemi ingkar janji pindah ke netflix kwkwkw. Tapi teteup sesekali masih denger.
    Dan salut buat NLR yang bekerjasama dengan KBR mengedukasi serta mensosialisasikan perihal kusta ini.Semoga stigma tentang kusta tak lagi ada, pun eliminasi kusta akan segera meluas ke penjuru Nusantara

    BalasHapus
  6. Saya dulu sering dengerin radio SK. Isinya kebanyakan komedi semua dan tempatnya pelawak senior

    BalasHapus
  7. Aku dan suamiku masih denger radio mbak, terutama saat sedang berkendara. Kalau suami buat dengar info lalu lintas, kalau aku dengar lagu. Kami suka rebutan kalau nyetel radio hahaha. Akhirnya dicari radio yang bisa dapat info lalulintas sekaligus ada selingan lagunya biar nggak pindah2 radio :))) Lucunya, kadang radio dinyalain buat cegah kantuk saat sedang nyetir :))

    Edukasi kusta oleh KBR ini sangat bermanfaat, dan lewat para blogger yang turut menyebarkannya melalui blogpost dapat menjangkau masyarakat luas. Semoga dengan demikian, harapan agar tercipta sebuah kondisi yang inklusif di masyarakat dapat tercapai, di mana penderita kusta dan OYPMK hidup tanpa diskriminasi dan stigma dan dapat menikmati dan menjalani kehidupannya secara bermartabat.

    BalasHapus
  8. Kami di kampung masih dengar radio. Dongeng jadi acara favorit saya. Dongeng Sunda pastinya.
    Stigma masyarakat yang hatus kita luruskan ya. Kalau OYPMK pun mereka memiliki hak penghidupan yang layak...

    BalasHapus
  9. Indi Barends dan Farhan tuh wajib saya dengerin setiap pagi ahhaha. Mbak Tanti bikin saya jadi bernostalgia :D

    Stigma kusta masih kuat ya sampai sekarang. Harus dihilangkan, nih. Kasihan mereka yang pernah terkena jadi gak percaya diri.

    BalasHapus
  10. senang sekali KBR selalu terdepan dalam menyuarakan kusta ini
    agar stigma tentang kusta di masyarakat semakin terhapus ya mbak

    BalasHapus
  11. Lady Diana memang luar biasa ya Mba.
    Duh, kok jadi kangen dgn mendiang.
    Aura positif-nya itu lhooo ciamik banget!

    Setuju dgn metode yg diterapkan utk menyuarakan kusta.
    Pastinya kita ingin stigma kusta bisa tereleminasi.

    BalasHapus
  12. hahaha dua channel radio ini yang sering aku tonton eh dengar mbak jaman kuliah juga, sampai siaran tengah malam. Sekarang aku balik dengar radio lagi lewat streaming tapi.
    Ternyata masyarakat masih mendiskriminasikan penderita kusta ya. Mereka yang sudah sembuh juga harus dirangkul dan dibuka lapangan pekerjaan yang adil

    BalasHapus
  13. Sekarang kalau dengerin radio pas di mobil di jalan gtu hehe
    Jd keinget zaman dahulu suka dengerin kalau ada sandiwara radio, ngangenin
    Ternyata sampai sekarang radio pun msh banyak diminati ya mbak dan masih banyak perannya utk edukasi ttg penyakit ke masyarakt, khsusunya ttg kusta ini. Zaman skrng apalgi jg bisa streaming radio gtu ya.Semoga edukasi ttg penyakit kusta bisa membuat masyarakat aware dan tau bgmn memperlakukan penderita dan penyintas penyakit ini.

    BalasHapus
  14. Merinding banget lihat Lady Diana.
    Kepribadiannya putri sejati yaa.. MashaAllah~

    Saat ini informasi mengenai kusta kudu banget diberikan seluas-luasnya begini. Karena pada kenyataannya, gak semua orang memiliki informasi yang benar sehingga menganggap penyakit kusta ini adalah sebuah kutukan.
    Semoga dengan penanganan yang benar dan pengobatan sejak awal, penyakit kusta bisa disembuhkan dan menuju Indonesia bebas kusta.

    BalasHapus
  15. Kalo aku dulu cuma bisa dengerin radio lokal pas di Lampung. Kemudian radio Batam FM, berasa seruu banget. Sekarang dah lama gak dengerin

    BalasHapus
  16. aku belum pernah bertemu dengan pasien kusta secara langsung, aku sih dari dulu anggapnya yah samalah yah dengan penyakit lainnya, semoga mereka cepatsehat dan pastinya bisa beraktivitas dengan baik. tapi gak bisa dipungkiri, masyarakat kita juga banyak yang pandang aneh penyakit kusta ini

    BalasHapus
  17. Tulisannya mencerahkan. Jujur aja kukira kusta tuh udah ga ada di Indonesia. Kalaupun ada kelihatannya minim banget. Sebelumnya aku juga sama sekali nggak terpikir ada diskriminasi pada penderita kusta. Untung baca tulisan ini jadi lebih tercerahkan deh. Pinter juga KBR, gandeng blogger buat edukasi ttg kusta.

    BalasHapus
  18. Kangen banget sama yang ada di foto di atas mbak Astri dan Mak Neng. Duh udah berapa tahun kita gak jumpa darat yaa. btw turut bahagia membaca artikelnya mak Neng. Akhirnya penyintas Kusta bisa bernafas lega ya. Karena sudah banyak yang peduli kepadanya. Ditambah lagi sekarang ada pusat rehabilitasi untuk penyandang kusta yaa.

    BalasHapus
  19. suka deg2an ya emang kalau kusta ini mak
    apalagi dulu tu kayaknya kusta sereem bener
    pdhl penderita kusta ya berhak hidup bahagia

    BalasHapus
  20. dulu di daerah saya banyak sekali mba kasus kusta, sepertinya sekiatr 15 tahun yang lalu karena terbilang masih desa dan pelayanan kesehatan juga kurang memadai, ada sih tapi jauh sekali. Alhamdulilah sekarang sudah tidak ada kasusnya lagi seiring dengan perbaikan di layanan kesehatan.

    BalasHapus
  21. Barokallah ya Chie jadi jembatan menyebarkan edukasi soal kusta, aku sendiri juga masih dikit banget wawasan tentang kusta ini. Waaah seru ya ada lombanya juga nih

    BalasHapus
  22. Ya Allah Mak Neng, para penyiar ini yang pada zamannya aku juga sempat mendengarkan. Sungguh merupakan kenangan tersendiri ya kalau dibahas sekarang. Dan ketahuan umur kita sudah berapa jika mengingat itu ahaha.

    BalasHapus
  23. Bener banget mbak, aku dulu juga penggemar radio. Suka banget dengerin suara penyiarnya yang renyah gitu. Alhamdulillah sekarang udah bisa streaming radio ya. Dan aku salut ada radio yang memperhatikan isu kusta ini

    BalasHapus
  24. semoga makin banyak ya orang yang peduli dengan penyakit kusta dan semakin banyak yang mau berobat, apalagi ada program pemerintah ya

    BalasHapus
  25. Emang tantangan banget sih menyebarkan informasi di radio pada jaman serba digital kayak sekarang.. Tapi aku yakin sih radio masih dibutuhkan..buka hanya di perkotaan tapi juga di pelosok..

    BalasHapus
  26. Ternyata penderita kusta masih banyak ya di Indonesia dan penderitanya masih mendapat stigma buruk di masyarakat, sedih banget..

    BalasHapus
  27. Kukira penyakit kusta udah nggak ada. Ternyata masih, ya. Berdoa banget, orang yang pernah kena penyakit kusta, tetap bisa hidup percaya diri dan bergabung bersama masyarakat luas untuk berkarya dan berprestasi.

    BalasHapus
  28. Saya masih mendengarkan radio. Selain dalam bentuk audio, ada bentuk visual melalui YouTube. Terkadang membuat saya menyadari, hal yang kurang diperhatikan. Termasuk penyakit kusta. Kurangnya pemahaman, membuat ada stigma buruk terhadap orang dengan kusta.

    BalasHapus
  29. keren inisiatifnya.. semoga pemahaman tentang penyakit ini semakin baik di masyarakat ya mba dan penderitanya tidak terdiskriminasi lagi..

    BalasHapus
  30. Wah aku masih suka dengar radio kak Tanti. Paling sering dengar Jak FM dengan Ronald dan Tike. Tentang kusta ini memang stigmanya masih negatif di masyarakat, seperti penyakit kutukan. Dulu masih ada cerita orang yang kena tapi sepertinya penyakit ini sudah mulai menghilang di sekitar. Semoga @dewipuspa

    BalasHapus
  31. Semoga penderita penyakit kusta dimanapun berada bisa segera sembuh. Amin

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)