PRO DAN KONTRA SEPUTAR RAMADAN REWARD UNTUK ANANDA TERCINTA



    "Alhamdulillaah tahun ini, anakku Daffa puasanya full dan tiap hari berhasil mengaji Quran satu ain. Kami memberinya reward berupa uang tabungan, dan dia melengkapi buku komik serial nabi di toko buku Gramed!" Mama Daffa berseri-seri, bercerita dengan bangga di tengah ibu-ibu yang sore itu menunggu waktu berbuka puasa bersama.

    Tak mau kalah, Mama Rayza menimpali. "Rayza sudah dua tahun ini juga puasanya full, Mom. Makanya tahun ini kami akan berangkat tour ke Malaysia dan Singapore!" Ia tersenyum bungah. 

    Entah apakah cerita itu benar atau sekedar flexing, tapi beberapa ibu tersenyum sambil membuang muka, pura-pura menyibukkan diri menata gelas dan mangkuk-mangkuk di meja yang sudah rapi. Ada malah yang mainan taplak meja..... 

    Seorang ibu, menyikut tanganku. "Halah, Zidan juga tiap tahun puasa Mom, dari TK malah, udah gitu tahun ini khatam Quran, padahal kami tidak pernah memberikan reward apa-apa. Kan itu kewajiban kita untuk memberi kesadaran kepada anak ya?" Aku menengok, tersenyum mengiyakan dengan sopan. 

Ibu yang menyikut tanganku itu, terkenal sangat disiplin plus plus! Iya, plus suka sekali menghukum anaknya! Hadeeh.. mana yang benar, ya?

    Percakapan ini setiap tahun terdengar. Kebayang kan, anakku 4 loh, kebetulan jarak usia mereka hampir berdekatan, dan yang tiga terakhir sekolah di SD berbasis Islam di dekat rumah. Jadi, sebenarnya kalau sedang di acara buka puasa bersama yang rutin tiap tahun seperti ini, aku akan mendengar percakapan itu lagi dan lagi!

    Untunglah, aku tak sering berkumpul juga dengan ibu-ibu ini. Bukan karena tak mau berbaur, tapi memang pada saat acara, kadang aku menghadiri event  temu blogger dan event berbuka puasa bersama juga dari brand

Jujur aja dari percakapan terakhir, aku jadi berpikir, "Penting tidak sih, memberikan reward kepada anak-anak jika mereka berhasil puasa di bulan Ramadan?" dan adakah efek buruk dari memberikan reward berlebihan pada anak? 

Haaa.. kita bahas yuuuk!

Reward itu Apa, sih Mom?


    Aku termasuk ortu yang bangga bukan kepalang kalau anak-anakku udah bisa puasa Ramadan full sehari, terlebih kalau nggak pake bolong alias bisa sebulan penuh. Rasanya pengen peluk-peluk anak terus, kebayang soalnya, aku aja yang orangtua masih "berjuang" melawan aneka rasa apalagi mereka, ya kan!

    Nah, untuk itu aku dan pak suami yang tak pernah menjanjikan apa-apa pada anak sepakat untuk memberi kejutan menyenangkan itu pada saat lebaran saja. Jadi, hitung-hitung angpao spesial, gitu. Tapi khususon yang khatam Quran akan mendapat lebih, tentu saja. So far, baru si abang sih yang sekali-sekalinya khatam, selebihnya nyaris selesai tapi itu pun kami beri apresiasi berupa peluk cium. Ya maklum ya buuuun, masih kaum mendang mending ..

Menurut kamus Bahasa Inggris-Bahasa Indonesia arti kata reward adalah penghargaan, hadiah, pahala, atau ganjaran. Secara kata kerja, reward adalah menghargai, membalas, mengganjar atau menghadiahi.
Menurut istilahnya, arti reward adalah sesuatu yang diberikan sebagai pengakuan atas jasa, usaha, atau pencapaian seseorang. Intinya adalah memberikan sesuatu kepada seseorang sebagai pengakuan atas jasa, usaha, atau pencapaian mereka.

Memberi Penghargaan dan Reward Pada Anak


    Dari beberapa topik diskusi, memberikan penghargaan atau reward untuk anak, sebenarnya memiliki manfaat positif yang bisa membentuk perilaku anak ke arah positif atau yang lebih baik.

Kenapa? 

    Dikutip dari pernyataan seorang psikolog anak dan remaja Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S.Psi dalam sebuah acara parenting, maka;

    1. Pemberian reward untuk anak bisa kita lakukan guna membangun kebiasaan baik sehari-hari seperti membantu orang tua membersihkan kamar.

    2.  Meningkatkan self-esteem anak
Self-esteem atau harga diri pada anak terbangun karena ia akan merasa apa yang ia upayakan tak sia-sia. Anak akan merasa bangga pada pencapaian dirinya sendiri.


    3. Mempererat hubungan antara orangtua dan anak
Dengan memberikan perhatian lebih banyak pada perilaku baik daripada perilaku buruk, orangtua dan anak akan memiliki hubungan yang lebih positif.

    4. Mendorong anak untuk belajar menguasai keterampilan



    5. Memberikan anak motivasi untuk melakukan sesuatu, karena pada usia anak, motivasi yang datang dari luar dirinya masih dominan.

Apakah Reward Bisa Menjadi Bumerang Untuk Orangtua?


    Pernah terpikirkah bahwa reward bisa menjadi bumerang pada orangtua? Aku tak pernah menyangka bahwa itu bisa terjadi, hingga satu ketika seorang Ibu - yang juga teman hangout ku- bercerita.

    "Gue kan kalo puasa selalu sendirian, sahur sendiriii buka sendirii..." ia menghela napas di sela-sela kepulan asap vape. 

    Aku dan dua temanku yang menemaninya berbuka sore itu, terkejut. "Loh kok bisa gitu, Bun?" tanyaku, tak percaya. Ia memiliki hanya satu orang putera, dan dari TK hingga SMA bersekolah di sekolah Islam terkenal.

    "Yah, begitulah. Padahal Kenny itu selalu kami janjikan reward loh kalau mau puasa. Tapi itu hanya berlaku waktu di sekolah, sampai rumah ya buka lagi.. " ia tersenyum pahit. 

    Jeng Vi menukas, "Lah si Ayah ngga marah, tuh?" 

    "Lah si Ayay aja nggak puasa juga, hihihi... takut kalau ngga merokok, ngga bisa mikir katanya." si Bunda tertawa, mengisap vapenya dalam. 

    Aku terdiam. Kelar deh, kelar. 

Kami ngga berani nge-judge juga, lah kan hidup orang beda-beda yaa! Tapi menyayangkan hal ini sampai terjadi, karena kami semua tahu, Kenny adalah putera semata wayang mereka, dan keduanya terkenal sangat penyayang. 

Untuk anak seusianya, Kenny sudah memiliki banyak barang berharga. Sebut saja, mulai dari kamera, ipad, iphone, laptop-laptop canggih (ngga satu yaaa!) motor, dan yang terbaru : mobil baru yang mereknya dikendarai Mister Bean!

Ada apa dengan Cinta, eh .. reward?

Apa Hal Penting yang Perlu Diperhatikan Saat Memberikan Reward Pada Anak?




Belajar lagi dari Ibu Vera Itabiliana, beliau menekankan beberapa hal penting sebagai berikut :

    1. Reward haruslah sesuatu yang bermakna buat anak, seperti coklat kesukaan atau aktivitas favoritnya. 

    2. Anak harus tahu makna di balik reward tersebut apa, dan mengapa itu penting untuk mereka menjalankan hal tersebut. Jangan sampe kita nyuruh doang, anak nggak tahu maksudnya, yang mereka incar dan kejar hanya sekedar reward doang.

    3. Memberikan reward itu tak melulu dengan materi, gaes. Bisa dengan memasakkan makanan kesukaan anak, dan social reward seperti memuji hasil kerjanya, tersenyum lebih sering, dan ... berpelukaaan! 

    4. Pemberian reward boleh dilakukan asal tidak berlebihan sehingga anak merasa terlalu mudah dan akhirnya pemberian demi pemberian tersebut kehilangan makna.

Tuh kan!

Di poin nomor 4 jelas dianjurkan, dihimbau, disarankan untuk para ortu, agar tidak memberikan reward yang berlebihan, tidak melulu berupa materi juga. 

Selain itu, memberikan apa yang anak sukai, tentu akan jauh lebih berharga untuknya, kemungkinan akan terus ia kenang, sehingga menjadi self motivation untuknya kelak.

Last but not least... walk the talk, right?

Percuma kalian ngomong panjaaang lebuaaar, kasih reward segala tapi kalian sendiri ngga menjalankan apa yang kalian suruh anak lakukan! 

"Hayo nak, sholat. Hayo nak, puasa. Nih nanti mama papa beliin rumah di  samping sononya Pondok Indah," misalnya (samping Pondok Indah (*) ke sono "dikit" itu Tanah Kusir (**) by the way...) 

Parent, pleaaaseee!

Sehubungan dengan bulan suci Ramadan, reward yang bisa kita berikan apa sih?
Reward yang tepat ialah afirmasi positif dari orang tua seperti anak mampu bangun dan sahur bersama, sebab untuk anak-anak terasa sulit lho bangun pagi hari untuk sahur. 
Di tahapan berikutnya, jika ia mampu berpuasa setengah hari, berikan pujian terhadap perilakunya yang dapat menahan lapar, haus, marah, sedih selama setengah hari.

Untuk "level advance" : kalau anak udah bisa berpuasa penuh sampai azan Maghrib berikan afirmasi positif terhadap perilakunya selama menjalankan ibadah puasa. 

Tak lupa,
aku dan suami sering ngobrol menanyakan pengalaman mereka hari itu, "Di sekolah gimana kak, setelah libur puasa hari pertama?" 

Atau, "Kamu kan udah pinter nih puasanya full, hari ini mau buka puasa pake apa sayang?"

Wah udah panjang aja, ya curhat hari ini. Kesimpulannya apa nih bun?

Menurutku, sih  pemberian reward untuk anak bisa kita lakukan guna membangun kebiasaan baik, dan memberikan self esteem asal si Reward ini tidak diberikan dengan lebay, misalnya setelah berpuasa full sebulan,  hadiahnya jalan-jalan ke Dubai. 

Selain ga tepat guna, juga ga ada uangnya. (>_<) Lah terus ngapain diomongin, Maemunaaaah. Udah ah... mo lanjut bikin risoles. Byeee..


P.S. 

* Pondok Indah adalah sebuah komplek perumahan yang terbilang mewah dan elite di Jakarta Selatan.

** Tanah Kusir adalah Taman Pemakaman Umum yang sangat besar dan luas di daerah Jakarta Selatan.

2 komentar

  1. 🤣 rewardnya yaaa.. apa ya aku nggak kasi reward bentuk uang nih mba. Biarlah uang menjadi tugas para mbahnya (digeplakkk)
    Sedih ya, ternyata pas besar anaknya masih menjadi ujian 😭
    Anak2 nggak bisa ya mba kalau cuma pake kata2 reward terus menerus.. mungkin missing disitu si ayahnya ya. Nyuruh puasa tapi ortu nggak puasa. Dan kenapa disuruh puasa, nggak dijelasin ketika kecil..hiks

    BalasHapus
    Balasan
    1. Qiqiqiiii ... Maemunah sedang halu.
      Iya sih Uci, bikin shock beneran secara kenal juga udah lama, kok isoooo

      Hapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)