ALASAN KENAPA SUAMIKU OGAH POLIGAMI


Wanita itu, sejak jaman dulu ternyata berani menyuarakan pendapat ya!

Ini ngapa ya judulnya berat banget. Mo malam Jumat pula.. (terus apa hubungannya? Ga ada sih....)

So, beberapa waktu lalu,
di kampung pada ribut, karena bang Jay nikah lagi. 

Bang Jay siapa?

Bang Jay itu dulunya supir tronton. Dia memulai kariernya sebagai kuli angkut pasir, terus naik jabatan jadi mandor bangunan, terus dia terjun bisnis jual beli pasir numpang di lapak haji Pungut depan rumahku.

Nah bang Jay sekarang udah punya (punya loh, pribadi) mobil tronton 2 buah dan truk engkel 4 buah! Lapak pasirnya luas, segede setengah lapangan bola.

Sebagai orang sukses di kampung,
tentu saja bang Jay dilirik para janda kembang. Ga usah ditampilin ya wajah bang Jay, doi ini pake nama asli tapi wajahnya kita samarkan aja. Kan kita cuman pengen menyimak cerita beliau.

Gadis-gadis tentu saja tidak melirik bang Jay, soalnya di kampung sini, gadis-gadis biasanya udah pada punya pacar, atau sibuk kerja. 

Nah serunya, 
istri kedua bang Jay adalah... temen si istrinya sendiri! OMG.  

Sebut aja nama istri bang Jay Mawar, dan si ibu B ini namanya Melati. Tentu saja Melati janda, dengan 2 anak. Suaminya kabur entah ke mana, dan Melati hidup pontang panting cari nafkah. Kebetulan Melati juga mengurusi orangtuanya yang sudah tak berdaya karena stroke.

Jadi, akhirnya bang Jay diojokin (bahasa Indonesia yang baik dan benarnya : disarankan) sama Mawar untuk menikahi dan menafkahi keluarga Melati. Dan bang Jay akhirnya menyetujui. Wuiiih... mulia sekali ya keduanya!

Yang terjadi setelahnya apa?
Bang Jay malah jarang pulang! Yes he does

Karena kata bang Jay pada suamiku, "It feels so awkward, bos, berasa kayak ketemu temen bini aje, kan mending ga usah pulang!"

Lhaaaa? Ngapa dikawinin atuh, Malih?

Aku tidak menyorot benar salahnya. Bisa aja kan, mereka jadi orangtua asuh? Bisa aja kan, Mawar hanya jadi donatur tetap untuk keluarga itu? 

Bisa. Tapi... ah entahlah.....

Poligami masih menjadi hantu buatku. Ada tapi aku ga mau liat. Ada tapi aku berusaha ga mau tau.

Walau di agama Islam ada hukum tentang poligami, namun perempuan -semua agama - ternyata sejak dulu sudah memperjuangkan penghapusan poligami. 

Poligami dianggap sebagai bagian dari masyarakat patriarkal, dan hal ini diatur dalam Undang-Undang nomor 1 tahun 1974 tentang perkawinan. 

UU tersebut masih memberi celah kepada suami untuk beristri lebih dari satu, meskipun dipagari dengan syarat-syarat (istri tidak dapat menjalankan kewajibannya, cacat badan/penyakit tak tersembuhkan, dan tidak dapat melahirkan keturunan).

GA USAH DEBAT TENTANG POLIGAMI!

Mengenai poligami ini, Kartini menggelar penolakan keras. Pelopor gerakan emansipasi perempuan ini bahkan menyebut poligami setara dengan dosa, karena menyebabkan kaum perempuan tersiksa dan menderita.

Dan hingga sekarang, poligami terus menjadi persoalan bagi kaum perempuan. Apalagi, seiring dengan cara beragama yang sangat fundamentalistik, kampanye dan praktek menghalalkan poligami sedang berlangsung massif.

Di satu sisi, poligami merupakan bentuk patriarki dalam perkawinan. 

Patriarki adalah konstruksi sosial yang menempatkan laki-laki otoritas utama/pemegang kuasa utama dalam organisasi sosial, dari politik hingga keluarga. Dalam masyarakat patriarkal, perempuan ditempatkan sebagai masyarakat kelas dua.

Dalam sejarah, kebangkitan patriarki selaras dengan munculnya pemilikan pribadi. 

Dan bagi kaum patriark, perempuan adalah milik laki-laki dalam keluarganya. 

Family (Familia) berasal dari bahasa Romawi, 
famulus, yang berarti budak rumah tangga.

Dan karena perempuan identik dengan pemilikan, maka kekuasaan seorang patriark seringkali ditunjukkan dengan berapa jumlah istri/perempuan yang mereka punyai. 

Tidak heran, dalam sejarah awalnya, poligami merupakan hak istimewa kaum kaya dan bangsawan/pemilik budak (Baca: The Origin of the Family, Private Property and the State, Frederick Engels, 1884).

“Karena seorang istri menjadi hak milik layaknya seorang budak, 
seekor hewan penghela, atau sebuah benda bergerak, adalah wajar jika seorang laki-laki memiliki istri sebanyak yang ia suka,” 

tulis feminis Perancis, Simone de Beauvoir, dalam bukunya “Second Sex”.

Kedua, poligami merupakan sarana untuk mengeksploitasi tubuh perempuan.

Masyarakat patriarkal memposisikan tubuh perempuan sebagai alat reproduksi, pemuasan (seksual), dan pelayanan (melayani suami/laki-laki).

Mereka yang berpoligami seringkali karena dorongan pemenuhan kebutuhan seksual.

Kadang-kadang juga karena istrinya tidak bisa memberi keturunan. Atau karena istrinya tidak bisa menjadi pelayan yang baik dan setia.

Nah, argumentasi-argumentasi di atas masih dalam batas-batas berpikir patriarkal.

Sayangnya, syarat-syarat dibolehkannya Poligami, sebagaima diatur dalam UU Perkawinan, masih dicekoki oleh anggapan patriarkal dalam memposisikan tubuh perempuan.

Ketiga, poligami memicu terjadi kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Banyak organisasi perempuan, termasuk Kongres Ulama Perempuan baru-baru ini, menyebut poligami sebagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga.

Kendati poligami seringkali dibungkus dengan alasan “bisa berlaku adil”, tetapi laki-laki beristri banyak selalu sulit untuk menegakkan keadilan secara substantif. 

Seringkali perempuan yang dipoligami dijangkiti rasa persaingan dan cemburu, akibat merasa diperlakukan berbeda dari suaminya. Ini yang memicu pertengkaran dan banyak kasus KDRT.


Apalagi di kalangan laki-laki miskin. Masyarakat patriarkal menempatkan laki-laki sebagai “pencari nafkah utama”, sedangkan istri sebagai “pencari nafkah tambahan”. 

Nah, ketika si laki-laki tidak bisa memenuhi kebutuhan ekonomi istri-istrinya, bukan saja menyebabkan si istri dalam kesulitan ekonomi, tetapi seringkali juga berujung pada KDRT.

LBH APIK pernah melakukan riset terhadap 107 istri yang dipoligami oleh suaminya. Hasilnya: 37 istri mengaku tidak diberi nafkah, 21 orang mengalami tekanan psikis, 23 orang ditelantarkan suami, 11 pisah ranjang, 7 penganiayaan fisik, 6 diceraikan oleh suami, dan 2 mendapat teror dari istri kedua.

Bagaimana mungkin perempuan Indonesia memenuhi harapan kita 
untuk mengasuh bangsa yang baru, jika laki-laki Indonesia tidak ingin melepaskan kedudukan mereka sebagai raja dalam perkawinan?

- Maria Ulfa Santoso

Keempat, poligami memelihara rantai kemiskinan. Laki-laki miskin atau berpendapatan kecil yang memaksakan poligami, sangat rentan memelihara rantai kemiskinan.

Bayangkan, dengan pendapatan yang terbatas, si laki-laki harus membiayai banyak istri dan anaknya. Sementara si laki-laki dalam konstruksi masyarakat patriarkal berperan sebagai pencari nafkah utama.

Ini juga berefek pada anaknya: mereka akan kesulitan mengakses pendidikan sebaik mungkin. Ini yang menyebabkan rantai kemiskinan turun-temurun ke anak-cucu.

Kelima, poligami bisa menyebabkan hak anak terabaikan. Anak-anak dari ibu yang dipoligami, akan kurang mendapat perhatian dari ayahnya. Juga kurang mendapat dukungan moral dan material yang berguna bagi pengembangan hidupnya.

Keenam, poligami bertentangan dengan cita-cita kemerdekaan: mewujudkan kesetaraan antara laki-laki dan perempuan sebagai warga negara, termasuk dalam keluarga. Poligami melanggengkan dominasi laki-laki dalam hukum perkawinan dan keluarga.

Seperti dikatakan aktivis perempuan sekaligus Menteri Sosial di masa awal RI, Maria Ulfa Santoso, tidak mungkin perempuan bisa berperan besar sejajar dengan laki-laki dalam memajukan bangsa, jika mereka tidak mendapat kemerdekaan yang sama dengan laki-laki.

“Bagaimana mungkin perempuan Indonesia memenuhi harapan kita untuk mengasuh bangsa yang baru, jika laki-laki Indonesia tidak ingin melepaskan kedudukan mereka sebagai raja dalam perkawinan? 

Bebaskan kekuasaan itu. Perempuan memiliki perasaan, perempuan memiliki pemikiran, sebagaimana laki-laki. Kami, perempuan Indonesia, ingin memiliki hak asasi manusia (BBPIP, 1939: 67).”


Penulis adalah pengurus Dewan Pimpinan Pusat Aksi Perempuan Indonesia (API) Kartini

Gimana dengan suamimu, mak Neng? Mengapa beliau menolak poligami?

Beliau menolak poligami bukan hanya karena gak pengen punya banyak istri tapi ..... karena ga pengen punya banyak mertua!

Hah? Tak panggilin ibuk baru tau rasa!

Kebayang kaaan .. husband's lyfe yang mertuanya co cuiit kayak ibuku, yang hobinya jalan jalan - piara tanaman mahal - modis pula dan kadang manja minta ini itu bahahahhaaaa.... 

Satu mah gapapa, kalo dua..... jebol kantong!

Beliau juga tipikal suami yang nyaman dengan datarnya riak gelombang kehidupan, dan suka suasana yang tidak bergejolak, terutama di rumah. 

Well... well...
demikianlah kehidupan, di mataku, suami is numero uno, dan kebetulan karena kami bersahabat dalam arti sebenarnya juga - mudah diskusi dan adu argumen sekaligus - maka komunikasi menjadi hal maha penting buat kami.

Komunikasi ini tak terbatas hanya "ngobrol" masalah sehari hari atau diskusi agama  yaaa (kuakui, dalam ibadah aku kadang lalai, menunda waktu sholat atau gak ngaji abis magriban) bahkan dalam berhubungan intimpun, kami kadang diskusi (setengah malu-malu tentu saja!)  

Biar apa?
Ya biar kami berdua menjadi sahabat dalam menempuh perjalanan perkawinan yang sungguuuuuh banyak tanjakan tikungan dan sesekali kesandung batu besar itu.

Jangan dikira tidak pernah ada orang ketiga dalam hubungan kami ya, pernah adaaa Ferguso! 

Di suamimu mak neng? He he he... di akunya malah..... sempat ada yang melintas sekejap. Untung cepat sadar.

(ssst.. jangan-jangan dia juga pernah, ya?)

Tapi alhamdulillah dengan diskusi, semua itu bisa diatasi kok. Bukan didiskusikan tentang si orang ketiganya ya, tapi akunya sering ngobrol dengan bang Dho aja, ga cerita sama dia apa yang terjadi sih.

Kalian sendiri gimana? Sering ngobrol seintim itu, kah dengan pasangan?

Anyway, gimana dengan Bang Jay?
Ah biarlah, dia bahagia dengan pilihan hidupnya itu, kan.... 

40 komentar

  1. setujuuuu mba Tantiiii...suamiku selalu bilang, setiap satu aja ngga abis mau gegayaan punya lebih hehe. terus aku jadi kepo dengan si orang ketiga hehehehe #gossipajaah

    BalasHapus
    Balasan
    1. Sini sini tak bisikiiiin... blogger juga hahahahahhaaa

      Hapus
  2. Duh, satu aja ga habis apalagi nambah ya hahaha
    Mbak Tanti, senang baca bahasan ini, meski kalau dibikin diskusi terbuka bakal rame pasti pro kontranya
    Yang aku garis bawahi, suami adalah sahabat kita , itu penting, setuju aku. Karena dengannya kita akan menghabiskan waktu hidup paling lama. Insya Allah

    BalasHapus
    Balasan
    1. hihihi poligami emang topik yang ga bakalan habis dibahas ya mbak

      Hapus
  3. Aku sepertinya sama sepertimu mbaak,
    Tahu kalo poligami tuh beneran ada tapi ya gitu deeeeeh hahaha
    Suka emosi kalo mikirin soalnya hahaha

    Aku sendiri sebelum menikah udah ada perjanjian tertentu sih sama suami tentang poligami,semoga aja ditepati dan bisa aman terus yaaah

    Trus jadi si Bang Jay kumaha atuh terusan ceritanyaaa hahah
    *kepo*

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkwkwkwk like a ghost yak!
      Wah ada perjanjian? Aku sih engga, hajar bleh aja hihihi

      Bang jay sekarang seringnya nongkrong di lapak dan dia hobi ngaliwet sama para kuli sindang loh, dermawan banget tu orang!

      Hapus
  4. Huahahhaha.. Ngakak saya sama alasan suamimu.
    Kalau dulu suamiku alasannya karena capek ngurus banyak rumah hahhaha.. Mirip2, ya

    BalasHapus
    Balasan
    1. suami suami ogah ribet dan agak "pelit" .. ngakak!

      Hapus
  5. Terkadang rasa ego lelaki untuk meliki lebih itu tanpa disadarinya begitu menyakitkan untuk dipijak wanita
    Semoga selalu harmonis dan SaMaWa mba Tanti jalan pernikahan nya :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Aku ga ngomong gitu sih, hanya kan dalam tuntunan agama pahamnya beda

      Hapus
  6. Aduh bahasannya bikin kepo kelanjutan bang Jay wkwk.. abis baca baca tulisannya ini, harusnya lelaki mikir jutaan atau triliunan kali yah buat poligami

    BalasHapus
    Balasan
    1. wkkwkwkwkk gitu ya ntar kubikinin apdet bang Jay yaaaak

      Hapus
  7. Keren deh Makneng dan suami, sehati banget.. Memang nggak mudah mengarungi bahtera rumah tangga ya, terus belajar setiap hari.. Kasian amat Bang Jay rasain wkwkwkw

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha iya sehati dalam adu argumen juga (baca : berantem)

      Hapus
  8. bener juga ya ma, poligami itu nambah mertua. mending kalau mertuanya baik semua, kalau ribet gimana coba ya kan hahahaha

    BalasHapus
    Balasan
    1. bhahahhaa itu dia yang ditakutin para suami manis ... mertuanya banyak nuntut piye

      Hapus
  9. haha suami mbak tanti alasannya unik ya,
    tapi emang lho mbak, skrg ini banyak suami asal poligami tanpa ilmu
    makanya jadi mendatangkan banyak mudhorot
    aku pun tak sudi dipoligami

    BalasHapus
    Balasan
    1. suami jaman now yang ga mau ribet mbak Dee.. tapi ya intinya kalo di pernikahan emang harus saling ingetin juga sih yaaa

      Hapus
  10. Setiap malam menjelang tidur aku dan paksu sering ngobrol ngobrol tentang aktivitas harian biasanya tentang urusan kantor hehe tapi emang kalo tentang poligami ngga pernah kita bicarakan.. entahlah aku sangat percaya sama suamiku saat ini

    BalasHapus
  11. Saya pernah tahu ada biro perjodohan untuk poligami. Jadi yang ingin poligami berkumpul di satu acara untuk dicarikan pasangannya.
    Agak serem juga sebenernya.
    Tapi kembali lagi, selama jumlah perempuan lebih banyak dari jumlah laki-laki, poligami akan tetap ada.

    BalasHapus
  12. Hehehe punya mertua satu aja cukuupp yaa maaakk, kata suamimu hehe
    Mumet deh poligami. Soalnya hampir tak ada laki2 yang bisa adil zaman skrng. Seringnya sih istri keduanya lbh bohay, nah niatnya nih yg kyk jd melenceng :D :P

    BalasHapus
  13. Iya makneng, biarlah Bang Jay dengan pilihan hidupnya. Silakan yang mau poligami dengan S&K. Kalau saya dan suami pernah membicarakan hal ini kok ya berat berlaku adil.

    BalasHapus
  14. Pernah ngobrolin poligami sm paksu biasanya klo nonton atau baca berita tentang poligami publik figure, dan pikiran kita sama, gmn mau membuat samawa dan mndidik anak dengan baik klo istri ga siap/dibohongi poligami. Istri pertama sakit hati, rumahku surgaku tidak ada tercipta

    BalasHapus
  15. Ngomongin soal poligami nih berasa berat banget ya Mak Neng di tengah kehidupan yg masih banyak rasa patriaki-nya. Menjalani kehidupan rumah tangga itu enggak mudah, apalagi malah poligami ya nambah masalah. 🤣 Tapi ya biarkan orang lain dengan pilihannya, kan resikonya tentu mereka juga yang nanggung.

    BalasHapus
  16. kebanyakan laki2 yang ngebet poligami itu bawa2 agama buat muasin nafsunya. atau ada juga yang capek sama masalah internal bersama anak dan istrinya. bukan diselesaikan, malah lari dari masalah dengan berpoligami. dia pikir dengan berpoligami bisa ada tempat buat pelarian. yang ada malah jadi tambah lagi masalahnya.

    BalasHapus
  17. makanya ada yg bilang manusia paling bahagia tuh nabi Adam, karena blio kagak punya mertua wkwkwkwk

    Eniwei, poligami memang ya gitu deehh :D

    BalasHapus
  18. Dimensi psikologi dalam literasi poligami dibuka dalam, kejiwaan dan penerimaan menjadi tantangan tersendiri

    BalasHapus
  19. Nah bener banget nih, sejatinya poligami ga sekadar menjalankan apa yg ada di agama. Jaman skrng mgkin justru bikin jebbol kantong ya mbak. Dan niatnya itu loh terkadang udh ga lurus lagi

    BalasHapus
  20. Berat banget nih topiknya hehehe.
    Kalau saya no comment aja deh terserah yang jalanin aja.
    Kalau saya terserah lakinya juga selama mampus silakan.
    Ini posisinya ngomong gini karena udah males ngomongin hal serius gini, wakakaka.

    I mean, masih banyak hal yang harus diurusin ketimbang mikirin poligami rumah hehehe.
    Itulah mengapa salah satu syaratnya adalah suaminya mapan secara ekonomi dulu kali ya.

    BalasHapus
  21. saya suka banget tulisan seperti ini mbak Tanti

    rasanya pingin mengupas satu persatu, seperti poligami yang cenderung sekadar kebutuhan seksuual

    serta pentingnya komunikasi bagi pasutri

    karena di usia senja kelak merekaa berdua saling melengkapi, saling mendukung dengan intensitas yang lebih dalam

    BalasHapus
  22. Kalau suamiku sih berpegang pada prinsip LEBIH MEMENTINGKAN KUALITAS DARIPADA KUANTITAS (sengaja tak tulis dengan huruf kapital). Logikanya begini. Jika punya monogami, dia bisa menghidupi, bertanggungjawab, hanya pada 1 orang saja. Kualitasnya tentu akan lebih baik jika mengurusi 2 orang atau lebih. Terutama untuk jatah perhatian, kasih sayang, dan finansial.

    Dari sudut pandang saya. Jika benar dalam agama diperbolehkan, tentunya ada persyaratan yang harus dipenuhi. Bisakah dan mampukah kita? Uang bisa saja dibagi sama rata tapi untuk urusan HATI, siapa yang bisa menjamin? Cinta dan kasih sayang bisa adil? Hakulyakin cuma teori aja hahaha.

    Intinya silahkan dah kalau ada lelaki yang merasa mampu hidup poligami YANG PENTING BUKAN SUAMI SAYA hahahaha.

    BalasHapus
  23. Wah tentang poligami ya? sik..sik..aku tak mikir disik...hahaha.. Susah kali komennya haha... Yaudah terserah yang jalanin aja yah...kalo ternyata gak adil ya wes urusane sama Gusti Allah kan ya..

    BalasHapus
  24. Bahasanya agak berat di aku ini..:) jadi mengingat masa lalu yang belum kelar
    Jadi maap ya mba aku ga bisa komen teralu banyak dan terlalu dalam ttg ini mba..
    Pologami memang diperbolehkan, tapi menyakitkan :)

    BalasHapus
  25. Terus kelanjutan cerita bang Jay gmn mbak? Hehee

    Btw, aku juga belum bisa menerima poligami. Ya, walaupun agama membolehkan. Tapi kebanyakan laki2 itu berpoligami bukan murni karena menjalankan sunnah. Tapi sunnah berkedok nafsu.

    BalasHapus
  26. Maaaaakneng😂 bahasannya sungguhlah berat bagi usia pernikahan kayak aku ini yang masih seumur jagung. Tapi kalo aku bisa berpendapat, aku merasa lelaki yang berpoligami ini ujung-ujungnya akan kesulitan terhadap namanya keadilan. Aku sih kebawa vibes nya di film Surga yg tak dirindukan itu haha

    BalasHapus
  27. Setuju Mba Tanti, menjaga komunikasi dengan suami itu amat sangat penting ya, karena dengan intens nya ngobrol, kl suami ada perubahan pemikiran ttg poligami atau malah diojok2kan orang utk ke arah sana, istri cepat mengantisipasinya ya. Btw, meski dalam Islam mengakui poligami, tp Rasulullah SAW tak pernah mempoligami istri pertamanya, Khadijah Ra, setelah Khadijah wafat barulah beliau berpoligami itu juga demi menyebarluaskan dakwah.

    BalasHapus
  28. poligami bera dilakukan. laki2 harus bisa memberikn keadilan secara batiniahdan lahiriah. sayapun gk mau.

    BalasHapus
  29. Duh saya kalau bahas poligami juga gak mau debat deh cuma sebagai perempuan ya pastinya saya juga gak pengen suami saya nikah lagi. Nyesek rasanya kalau sampai kejadian

    BalasHapus
  30. Sebagai anak yang besar dalam keluarga dengan poligami, saya ngalamin sendiri gimana poligami menyisakan begitu banyak luka dan ketidakadilan. Demikian..tanpa debat hanya membagi pengalaman pribadi. :)

    BalasHapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)