Healing Dengan Membaca Buku



    Kalau orang lain bilang hobi mereka healing itu traveling ke Bali, staycation di hotel mewah, atau minimal karaoke tiga jam full dangdut koplo, maka aku cukup… membaca buku. Yes, segitu budget friendly-nya hobiku.

Tapi jangan salah. Membaca buku versiku itu bukan sekadar baca lalu selesai. Oh tidak, bestie. Ada ritual ajaib penuh pernak-pernik yang bikin suasana makin sahdu, kayak lagi ngopi di kafe hipster tapi versi lebih hemat.


Aku ini tipe pembaca yang nggak bisa diem. Kalau nemu kalimat bagus, langsung pingin ngeklaim pakai highlighter warna gonjreng. Jadi buku itu penuh coretan dan pelangi stabilo, mirip buku anak TK belajar mewarnai.

Biasanya:
  • Pulpen hitam: buat nyatet intisari di margin.
  • Stabilo neon: buat menandai quotes epic, misalnya “Hidup ini bukan soal menunggu badai reda, tapi belajar menari di tengah hujan.”
  • Post-it mini warna-warni: buat nempel kayak bendera kecil, biar gampang balik ke halaman penting. (Hasilnya sih buku kayak dikasih highlight ala anak skripsian panik ).

Aku suka pakai pembatas buku random, mulai dari pita cantik, tiket bioskop yang udah expired, sampai struk belanja Indomaret (yang panjangnya bisa jadi pembatas plus daftar hutang negara).

Tapi paling sering sih pembatas buku lucu-lucu, kayak gambar kucing, bunga, atau quotes receh. Rasanya kalau buka buku terus ada pembatas imut tuh kayak disemangatin, “ayo lanjut baca, jangan rebahan doang bestie.


Baca buku tanpa properti tambahan tuh kayak kerja tanpa gaji—tetep bisa sih, tapi hambar. Jadi biasanya aku sediain:
  • Kopi atau teh (team caffeine is life ✨).
  • Bantal kecil biar punggung nggak protes.
  • Cemilan (karena kadang isi buku terlalu berat, jadi butuh keju atau keripik buat penyeimbang).

Kalau mood lagi gen Z banget, aku bahkan bisa setel playlist lo-fi biar vibes study with me makin kerasa, padahal yang baca cuma aku sama kucing di rumah.

Membaca buku itu bukan cuma soal isi, tapi juga ritual kecil yang bikin pengalaman makin berwarna. Dari stabilo pelangi, pembatas buku imut, post-it kayak pesta ulang tahun, sampai secangkir kopi setia menemani.

Karena pada akhirnya, membaca buku itu juga investasi rasa. Kalau kata anak Gen Z: “Reading is not just a hobby, it’s a lifestyle, bestie.” 

Dan yes, circle perbukuan ini adalah circle paling adem. Karena beda dengan circle WA keluarga yang isinya debat takjil gratisan, circle buku ini nggak pernah bikin darah tinggi—paling bikin kantong tipis karena kalap beli buku baru!


Komentar

Postingan Populer