TIPS Menembus penerbitan

Visit littlethingsfavors.com
Menembus sebuah penerbitan sehingga mampu bekerjasama dalam lingkungan penerbitan bisa diibaratkan seperti seorang laki-laki yang hendak melamar calon istrinya. Apa yang harus dilakukan ketika seseorang yang ingin masuk ke dalam sebuah keluarga besar yang asing dan belum saling mengenal satu sama lain? Jika tidak tahu cara memperkenalkan diri yang sesuai dengan apa yang mereka inginkan, dikhawatirkan jangankan diterima justru ditolak mentah-mentah.

Masuk ke dalam sebuah penerbitan juga seperti itu, tidak akan terlalu jauh berbeda seperti melamar seorang gadis. Karena seorang penulis tidak mungkin tanpa ba bi bu langsung menyatakan “Ini naskah saya, tolong diterima” .



Ini seperti sudah menjadi hukum yang tidak tertulis sebelumnya, walau pun kemudian menjadi pakem mutlak bahwa ketika seorang penulis hendak mengajukan naskahnya berarti juga memahami beberapa hal yang harus dilakukan terlebih dahulu saat mengajukan sebuah naskah.


Mari kita lihat satu-satu apa saja yang harus dipersiapkan saat mengirimkan sebuah naskah.


a. Surat pengantar pengiriman naskah 

surat pengantar ini biasanya ditulis di badan email. Berisikan salam pembuka, perkenalan singkat dan kemudian isi dari surat itu sendiri. Mungkin ini terdengar seperti basa bagi, namun yakinlah, ketika surat ini tidak disertakan maka seolah-olah si penulis seperti orang yang bertamu tanpa mengucapkan salam, sehingga sering kali diabaikan. Jadi, surat pengantar sangat penting setiap kali kita mengajukan sebuah naskah, atau sebuah sebuah kerjasama.

b. Sinopsis naskah. 

ini harus ada dalam sebuah naskah fiksi. Sinopsis yang menarik bisa menjadi nilai jual. Dari selembar sinopsis mampu membuat editor tertarik pada naskah yang ditawarkan.

Mengapa harus ada sebuah sinopsis setiap kali mengajukan sebuah naskah? Karena editor akuisisi, setiap harinya menerima ratusan mungkin ribuan naskah di penerbitannya, tidak semua naskah yang terkirim bisa dibaca oleh editor. 


Jadi, untuk mengantisipasi itu, semua penerbitan meminta untuk setiap penulis mengirimkan sinopsis cerita mereka masing-masing. Sehingga dari selembar sinopsis bisa didapatkan gambaran umum keseluruhan isi naskah. Yang perlu saya garis bawahi, bedakan sinopsis dengan blurb yang ada di belakang kaver buku. Karena kedua hal tersebut sangat berbeda dalam tujuannya.

c. Deskripsi naskah atau Outline

naskah nonfiksi biasanya akan dimintai deskripsi keseluruhan naskah per-bab, sementara outline nanti juga akan diminta pada naskah fiksi, jika sudah di-acc sinopsisnya. 

Outline dalam naskah nonfiksi bisa menjadi acuan bagi editor, apa saja yang ingin disampaikan oleh penulis dalam setiap bab, sedangkan outline dalam naskah fiksi berguna untuk melihat plot, alur dan konflik yang tercipta dalam sebuah novel.

d. Kelebihan naskah

ini salah satu hal yang penting dan akan menjadi penilaian naskah tersebut layak diterima atau tidak. Kelebihan naskah ini sebagai bahan pembanding antara naskah yang serupa dengan yang ada di pasaran, apalagi jika naskah tersebut memiliki tema yang sama dengan naskah-naskah yang sudah terbit. 

Selain itu kelebihan naskah juga bisa menjadi nilai jual saat naskah tersebut dianggap unik dan tampil beda dengan naskah-naskah yang ada di pasaran. Misal, naskah pernikahan yang sedang booming di pasaran, jika dikemas dengan bentuk yang kocak, ditambah ilustrasi mungkin akan dilirik oleh penerbit tertentu karena dianggap unik dan mampu menarik pembaca.

e. Biodata,

 ini hanya sebagai bahan perkenalan saja, agar penerbit mengetahui siapa si pengirim naskah dan karya-karya penulis yang sudah terbit. Biasanya beberapa redaksi
naskah sering melakukan pencarian penulis yang berbakat baik di twitter maupun di blog-blog penulis. Jadi portfolio penulis ini perlu sekali dicantumkan.
menulis biodata ada baiknya tidak terlalu kaku namun juga tidak terkesan blak-blakan. Biodata terutama untuk perkenalan yang diajukan bersama naskah ditulis dengan narasi yang persuasif. Boleh menyertakan prestasi menulis selama ini untuk meyakinkan editor akuisisi.
Saran saya, mulai dari sekarang ciptakan personal branding pada masing-masing kita, sehingga ketika sebuah naskah diajukan ke penerbit dan kemudian penerbit akan crosscheck ke blog masing-masing, bisa jadi bahan pertimbangan naskah penulis akan diterima setelah melihat kemampuan penulis dalam dunia penulisan selama ini.

Selain bicara teknis pengiriman naskah mungkin kita juga perlu memiliki beberapa pengetahuan sebelum menawarkan sebuah naskah. Karena pada dasarnya setiap penerbit memiliki visi, misi yang berbeda, dalam satu grup penerbit saja punya banyak lini yang berbeda-beda, jadi sangat penting untuk mengetahui seluk beluk sebuah penerbitan sebelum kita mengirimkan sebuah naskah.


Misalkan saja, saat kita mengirimi cerpen yang bergaya alay dan anak muda K-Pop ke koran Kompas, tentu akan ditolak, karena kompas menerima cerpen yang bernuansa lokalitas. Lalu kita mengirim naskah cerpen wanita dewasa dengan jumlah halaman 10 halaman ke majalah Femina, tentu saja akan ditolak karena Femina hanya menerima 6 halaman saja.


Jadi hal-hal yang seperti itu sangat penting untuk diketahui sebelum mengirimkan naskah. Agar dapat meminimalisir seringnya patah hati ketika berulang kali ditolak penerbit.

Berikut beberapa tips dari saya yang Inshaa Allah bermanfaat jika dipraktekkan.


a.
Mengetahui trend buku yang sedang berkembang di dunia pembaca
Sebelum menulis sebuah naskah, ada baiknya sesekali datang ke bookfair, toko buku untuk mengetahui trend buku yang sedang berkembang di dunia pembaca, atau buku-buku apa saja yang sedang banyak diminati atau kemungkinan akan diminati. 

Jadi, seorang yang berprofesi sebagai penulis, atau yang ingin sekali hasil karyanya bisa dibukukan hendaknya tidak hanya ahli dalam menulis tapi juga harus cukup peka terhadap keinginan pasar. Bukan berarti saya mengajarkan untuk tidak memiliki idealisme sebagai penulis, karena hanya mengikuti keinginan pasar saja. Tapi lebih dari itu, saya menekankan untuk memiliki idealism dan pintar menyatukan idealisme penulis dengan keinginan pembaca yang sedang trend saat ini.

b. Proaktif 

Informasi tidak akan diraih selama kita hanya berdiam diri saja. Semaraknya dunia lini massa ternyata juga menambah mudah bagi penulis untuk menyalurkan karya-karya mereka. 

Silahkan saja untuk bergabung di semua akun penerbit di twitter, facebook, dan website-nya sembari kita mencermati buku-buku apa saja yang sudah mereka terbitkan atau pun belum mereka terbitkan. Bahkan sangat bisa berinteraksi dengan admin penerbit di twitter mengenai naskah-naskah apa yang sedang mereka cari.

c. Jangan sungkan-sungkan untuk menelpon ke penerbit 

minta admin menghubungkan penulis dengan editor, atau bila perlu ajak meeting sang editor dan bicarakan buku-buku apa saja yang kira-kira belum terbit dan bisa diterbitkan di penerbit tersebut. 

Untuk urusan ini kelihatannya lebay ya, tapi percayalah bahwa penerbitan selalu mencari penulis dan begitu juga sebaliknya. Ada kerjasama simbiosis mutualisme antara penerbit dengan penulis. Jadi, tidak perlu ragu untuk mengunjungi penerbitan.

d. Mengunjungi Book fair 

Apa yang biasanya dilakukan saat mengunjungi book fair? Jika selama ini hanya mengunjungi book untuk membeli buku diskonan, saran saya mulai sekarang kunjungi book fair di hari pertama dibuka, biasanya book fair adalah tempat yang paling baik untuk mencaritahu, apa editor akuisisi-nya ada atau bisakah kamu bertemu dengan editor akuisisinya. Biasanya editor akuisisi hadir di hari pertama saat book fair dibuka.

e. Drop Box 

nah drop box ini biasanya ada di festival-festival penerbit. Dulu pernah ada Festival penerbit Bentang Pustaka di Jogja, mereka menyediakan drop box di sana. Jika punya teman di Jogja dan kira-kira setelah diselidiki lebih dalam naskah kamu yang bernuansa novel remaja, novel popular cocok jika diterbitkan di bentang pustaka, silahkan titip teman agar menaruh hard copy naskah novelmu di sana. 

Jauh sebelumnya Gramedia juga mengadakan gathering penerbit dengan pembaca bahkan pembaca yang ingin menjadi penulis bisa konsultasi langsung dengan editor-editor di berbagai lini dalam penerbit Gramedia selama gathering itu berlangsung.

f. Jangan ragu berkenalan dengan banyak penulis senior. 

Ajak berdiskusi dan tanyakan secara pribadi by email atau inbox FB mengenai dunia penerbitan, biasanya di antara banyaknya penulis akan bersedia berbagi ilmu dan pengalaman.

g. Tetap bersemangat meskipun naskahmu ditolak 

ditolak oleh satu penerbit, masih banyak penerbit lainnya yang perlu dikirimi idemu. berarti masih banyak kesempatakan untuk menulis lebih baik lagi.

Selamat berkarya ya


Salam

Aida,MA

4 komentar

  1. terimakasih banyak mak, sharingnya berguna sekali dan menambah semangat saya utk terus menulis :)

    BalasHapus
  2. Ditolak oleh satu penerbit, kasih ke lain aja. Kayak Tante Rowling hehe. Mantab Mbak! :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Orang kan sering ketakutan ditolak penerbit ya mas ^_^

      Hapus

TERIMAKASIH SUDAH MEMBACA BLOG NENG TANTI (^_^)